Warga +62, makin ke sini dunia digital makin jadi lahan rezeki, ya! Tapi, pernah nggak sih kepikiran: uang dari monetisasi konten digital itu halal nggak, sih? Yuk, kita bahas santai ala mimin!

Majelis Tarjih Muhammadiyah bilang, menguasai dunia digital itu sekarang udah jadi kebutuhan. Bahkan, kalau itu jadi sarana buat dakwah atau kebaikan, hukumnya bisa wajib! Tapi, soal monetisasi, ada beberapa hal penting yang harus kamu tahu biar nggak salah langkah.

1. Niat Harus Lurus

Niat bikin konten itu harus buat kebaikan, bukan cuma ngejar viral atau cuan. Kalau niatnya udah bener, insyaAllah hasilnya juga berkah. Jangan sampai niat duniawi nutupin tujuan akhirat, ya!

2. Prinsip Halalan Thayiban

Monetisasi itu harus lewat cara yang halal dan baik. Jangan promosiin judi, pinjol, hoaks, atau konten yang nggak jelas manfaatnya. Hindari juga akad yang nggak jelas atau iklan yang campur-campur halal-haram. Kalau platform-nya nggak syariah, minimal kamu paham akad dan bisa filter iklan sebisa mungkin.

3. Harus Berdampak Positif

Konten dan monetisasi harus bawa manfaat, bukan cuma buat diri sendiri, tapi juga buat masyarakat. Tanya ke diri sendiri: “Konten gue beneran bermanfaat nggak? Atau cuma cari sensasi?”

Fikih Fleksibel, Tapi Jangan Asal

Dalam dunia digital, kadang akadnya nggak syariah banget. Tapi, asal nggak ada dalil yang jelas mengharamkan, dasarnya boleh. Tapi tetap, hati-hati dan jangan gampangin. Kalau ada unsur haram yang nggak bisa dihindari, misal iklan nyeleneh, usahakan filter. Kalau nggak bisa, uangnya disucikan dulu sebelum dipakai.

Kesimpulan

Monetisasi konten digital itu halal asal niatnya lurus, prosesnya etis, dan hasilnya bermanfaat. Kalau ragu atau susah banget menghindari yang haram, lebih baik nggak usah monetisasi. Ingat, rezeki yang berkah itu lebih penting dari sekadar banyak!

Setuju? Share ke temenmu yang lagi galau soal cuan digital, biar makin tercerahkan!