Kalau ada lomba shalat paling sering dikejar waktu, Subuh pasti juara bertahan. Alarm sudah bunyi, ayam tetangga sudah adzan, tapi kasur rasanya kayak magnet. Ada yang bilang, “Tenang, Subuh itu panjang kok, masih bisa tidur lima menit lagi.” Eh, tahu-tahu matahari sudah nongol, dan momen panik pun dimulai.
Tapi, sebenarnya, kapan sih batas waktu shalat Subuh itu? Jangan sampai kita jadi tim “nyaris kesiangan” tiap hari, padahal Subuh itu punya keutamaan luar biasa. Yuk, kita bahas bareng-bareng, biar nggak ada lagi drama shalat Subuh kejar-kejaran sama matahari.
Dalam Al-Qur’an, Allah sudah ngasih kode soal waktu shalat Subuh. Coba cek Surah Hud ayat 15:
Syekh Nawawi al-Bantani menjelaskan, “Wa Aqimish Shalata Tarafayin Nahar” itu maksudnya shalat di dua ujung waktu siang: pagi (Subuh) dan sore (Zuhur dan Ashar). Jadi, Subuh itu memang spesial, pembuka hari, bukan penutup mimpi.
Nabi Muhammad ﷺ juga pernah bersabda:
Jadi, batas awal Subuh itu sejak fajar shadiq muncul—bukan fajar kadzib, ya! Fajar shadiq itu cahaya horizontal di ufuk timur yang makin terang, bukan yang vertikal kayak tiang lampu. Kalau sudah muncul fajar shadiq, waktu Subuh resmi dibuka. Dan batas akhirnya? Begitu piringan matahari mulai nongol di ufuk, selesai sudah waktu Subuh. Nggak perlu nunggu matahari nongol semua, cukup sebagian aja sudah jadi batas akhir.
Imam Nawawi juga bilang, seluruh hukum soal Subuh itu patokannya fajar shadiq. Begitu fajar shadiq muncul, waktu Subuh masuk, waktu Isya’ selesai, dan waktu puasa dimulai. Fajar kadzib? Nggak ada urusan sama hukum-hukum ini, jadi jangan sampai salah patokan.
Syekh Zakariya al-Anshari menegaskan, waktu Subuh habis begitu piringan matahari terbit, walau baru sebagian. Jadi, jangan nunggu matahari nongol semua baru panik. Kalau sudah kelihatan dikit aja, itu tandanya waktu Subuh sudah lewat.
Biar makin jelas, Ibnu Qasim al-Ghazi membagi waktu Subuh jadi lima:
- Waqtul fadhilah: awal waktu, paling utama.
- Waqtul ikhtiyar: dari awal sampai terang (isfar).
- Waqtu jawaz tanpa makruh: dari awal sampai cahaya kemerahan muncul.
- Waqtu jawaz dengan makruh: kalau sudah ada cahaya merah sampai hampir matahari terbit.
- Waqtut tahrim: sisa waktu yang nggak cukup buat shalat sebelum matahari terbit.
Jadi, Subuh itu fleksibel, tapi jangan kebablasan. Yang paling utama, shalat di awal waktu. Jangan sampai jadi tim “adzan Subuh = snooze alarm”. Karena, kalau sudah masuk waktu tahrim, itu artinya kamu sudah di ujung tanduk—bukan tanduk setan, tapi tanduk kesiangan!
Secara astronomis, awal Subuh itu saat matahari -20° di bawah ufuk timur, dan habisnya sebelum matahari terbit (h = -1°). Jadi, kalau kamu pakai aplikasi jadwal shalat, pastikan patokannya benar.
Intinya, jangan remehkan waktu Subuh. Selain pahalanya besar, Subuh itu pembuka rezeki, penentu mood seharian, dan bukti komitmen kita sama Allah. Kalau bisa bangun buat diskon flash sale, masa buat Subuh nggak bisa?
Kamu tim Subuh awal waktu atau tim “nyaris kesiangan”? Cerita dong di komentar, biar mimin tahu siapa aja yang suka drama kejar-kejaran sama matahari!
Wallahu a’lam.