Umum 21 July 2025

Dari Sampah Jadi Karya: Ketika Anak TK Mengajarkan Kita Arti Bahagia Sederhana

Dari Sampah Jadi Karya: Ketika Anak TK Mengajarkan Kita Arti Bahagia Sederhana
Bagikan:

Kadang, kebahagiaan itu sederhana. Hanya butuh selembar plastik bekas, tawa anak-anak, dan pelukan hangat dari guru yang sabar. Siapa sangka, dari sampah bisa lahir karya yang membuat hati meleleh?

Di KB-TK Aisyiyah 23 Mojopetung, Gresik, suasana sekolah berubah jadi panggung kecil penuh warna. Lima hari Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bukan sekadar rutinitas, tapi perjalanan kecil yang mengajarkan anak-anak—dan diam-diam, juga kita—tentang keberanian, keceriaan, dan kepedulian.

Hari pertama, langkah kaki mungil itu berkeliling sekolah. Ada yang malu-malu, ada yang langsung berlari ke taman bermain. Guru-guru menyambut dengan senyum lebar, lagu-lagu ceria, dan pelukan yang menenangkan. “Di sini, kamu aman. Di sini, kamu boleh jadi diri sendiri,” seolah-olah begitu pesan yang ingin disampaikan.

Hari kedua, permainan tradisional gagak-gagakan membuat suasana makin hidup. Tawa Tristan dan teman-temannya pecah, “Bu guru, aku mau jadi gagaknya ya!” Kadang, jadi gagak di permainan lebih menyenangkan daripada jadi pahlawan di dunia nyata.

Hari ketiga, tangan-tangan mungil itu sibuk melipat kertas origami, menciptakan kipas warna-warni. Hari keempat, mereka belajar peduli: memungut sampah, membersihkan halaman, menanamkan cinta pada bumi sejak dini.

Puncaknya, hari kelima: peragaan busana dari plastik bekas. Anak-anak melenggang percaya diri, mengenakan kostum daur ulang. Orang tua tersenyum bangga, mata mereka berbinar melihat buah hati tampil berani. Siapa bilang sampah tak bisa jadi karya? Di tangan anak-anak, segalanya mungkin.

Kepala TK, Bu Linda, bilang, “Kami ingin sekolah jadi tempat yang ramah, menyenangkan, dan aman. Biar anak-anak senang datang setiap hari.” Dan memang, di sekolah ini, anak-anak belajar bukan cuma membaca dan berhitung, tapi juga mencintai diri sendiri, lingkungan, dan sesama.

Kadang, dunia orang dewasa terlalu sibuk mengejar sempurna, lupa bahwa bahagia bisa ditemukan di tawa anak-anak yang memakai kostum dari plastik bekas. Kamu, aku, kita semua, mungkin perlu belajar lagi: bahwa dari sampah pun, bisa lahir kebahagiaan.

Jangan pernah remehkan karya kecil. Jangan pernah anggap sepele tawa anak-anak. Karena di balik itu, ada harapan, ada cinta, dan ada masa depan yang sedang tumbuh—pelan-pelan, tapi pasti.

Kamu cukup. Karyamu berharga. Dan dunia ini, diam-diam, butuh lebih banyak tawa seperti mereka.

Terkait

Lihat Semua