Umum 23 July 2025

Fatayat NU dan Komitmen Anak

Fatayat NU dan Komitmen Anak
Bagikan:

Kamu tentu sepakat, masa depan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas anak-anak hari ini. Namun, di balik slogan-slogan besar, ada kerja nyata yang sering luput dari sorotan. Salah satunya adalah komitmen Fatayat NU dalam memperjuangkan perlindungan anak dan perempuan, terutama di momen Hari Anak Nasional 2025.

Anak Hebat, Indonesia Kuat: Bukan Sekadar Tema

Fatayat NU menegaskan, anak-anak adalah pewaris peradaban. Hak hidup, tumbuh, dan berkembang mereka harus dijamin sepenuhnya. Margaret Aliyatul Maimunah, Ketua Umum PP Fatayat NU, menekankan pentingnya lingkungan yang aman, sehat, dan mendukung potensi terbaik anak. “Tidak boleh ada kekerasan, eksploitasi, maupun diskriminasi yang merampas hak-hak dasar mereka,” tegasnya.

Tema Hari Anak Nasional 2025, “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045,” bukan sekadar jargon. Ia adalah ajakan untuk bergerak bersama—keluarga, sekolah, komunitas, hingga lembaga keagamaan. Islam sendiri mengajarkan kasih sayang dan penghormatan pada anak, menjadikan perlindungan anak sebagai perintah agama sekaligus amanat konstitusi.

Sinergi dan Tiga Isu Kunci

Fatayat NU menaruh perhatian pada tiga isu utama: pencegahan stunting, penanganan perkawinan anak, dan literasi digital yang aman. Melalui kader di akar rumput, mereka menggerakkan edukasi keluarga sehat, kampanye gizi, sekolah ramah anak, dan sosialisasi perlindungan digital. Setiap langkah kecil, seperti mengingatkan pentingnya sarapan sehat atau mendampingi anak di dunia maya, adalah investasi besar untuk masa depan.

Dialog antara ibu dan anak pun menjadi bagian penting. “Bu, kenapa aku harus sarapan sebelum sekolah?” tanya Aisyah, seorang anak kelas dua SD. Ibunya menjawab, “Agar kamu kuat belajar dan tumbuh sehat. Allah suka anak yang menjaga tubuhnya.” Percakapan sederhana, tapi penuh makna dan kasih sayang.

Keluarga: Pondasi Karakter Anak

Fatayat NU percaya, keluarga adalah madrasah pertama. Ibu dan ayah harus menjadi teladan akhlak, nilai keagamaan moderat, dan pendampingan teknologi. “Anak-anak tidak hanya butuh perlindungan dari kekerasan fisik, tapi juga butuh pendampingan agar bijak di ruang digital,” jelas Margaret. Ketahanan keluarga menjadi kunci utama mencetak generasi emas.

Program literasi digital ramah anak, pelatihan parenting, dan forum dialog keluarga terus dikembangkan. Tujuannya, mencegah kekerasan dan menumbuhkan pola asuh penuh kasih. Setiap keluarga yang kuat adalah benteng pertama perlindungan anak.

Perlindungan Hukum dan Layanan Psikososial

Fatayat NU juga menyiapkan layanan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan. “Kami ingin memastikan mereka tidak merasa sendiri. Ada tempat aman untuk mengadu, ada yang membela hak-hak mereka,” ujar Margaret. Jaringan kader Fatayat NU di berbagai daerah siap mendampingi, bekerja sama dengan lembaga terkait agar layanan hukum dan psikososial mudah dijangkau.

Margaret mengajak seluruh bangsa untuk tidak abai terhadap hak-hak anak. “Kalau kita ingin Indonesia hebat, mulailah dari anak-anaknya. Beri mereka gizi cukup, pendidikan layak, dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan,” tegasnya. Fatayat NU berkomitmen hadir bersama pemerintah, masyarakat, dan semua elemen bangsa.


“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.” (QS. An-Nisa: 9)

Semoga narasi ini menginspirasi kita untuk terus peduli, mendidik, dan melindungi anak-anak Indonesia. Karena, masa depan bangsa ada di tangan generasi yang hari ini kita jaga bersama.

Terkait

Lihat Semua