Sejarah Islam 22 July 2025

Husnudzon: Yakin Rencana Allah Selalu yang Terbaik!

Husnudzon: Yakin Rencana Allah Selalu yang Terbaik!
Bagikan:

Pernah nggak sih, lo ngerasa hidup kayak sinetron yang plot twist-nya nggak habis-habis? Udah usaha mati-matian, eh, hasilnya malah zonk. Doa udah dipanjatkan tiap malam, air mata udah tumpah ruah, tapi yang datang justru ujian bertubi-tubi. Kadang, kita jadi mikir, “Ya Allah, kenapa sih hidup gue begini amat?”

Tenang, lo nggak sendirian. Banyak banget yang pernah ngerasain hal serupa. Bahkan, para sahabat Nabi pun pernah diuji dengan hal-hal yang di luar nalar manusia. Tapi, ada satu kunci yang bikin mereka tetap tegar: husnudzon, alias berbaik sangka sama Allah.

Coba deh, bayangin, lo lagi di posisi para sahabat di Perang Uhud. Udah dikasih instruksi sama Nabi, “Jangan turun dari bukit!” Eh, karena ngeliat musuh kabur dan harta rampasan perang bertebaran, sebagian pemanah malah turun. Akhirnya, pasukan Quraisy balik lagi, dan kemenangan yang udah di depan mata berubah jadi kekalahan. Sedih? Banget. Tapi Allah bilang, semua itu ada hikmahnya.

يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ
"Mereka menyangka dengan prasangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah." (QS. Ali Imran [3]: 154)

Kadang, kita juga suka kayak gitu. Begitu ada musibah, langsung mikir, “Allah nggak sayang sama gue, nih.” Padahal, Allah lebih sayang sama kita daripada ibu ke anaknya. Cobaan itu justru bukti cinta Allah. Dia tahu apa yang terbaik buat kita, bahkan ketika kita sendiri nggak ngerti.

Ada kisah keren dari sahabat Abu Kilabah. Bayangin, hidup di padang pasir, kedua tangan dan kaki puntung, mata buta, anak satu-satunya meninggal dimangsa singa. Tapi, apa yang keluar dari lisannya? “Alhamdulillah.” Dia tetap yakin, semua yang Allah kasih pasti ada hikmahnya. Bahkan, di ujung hidupnya, dia masih bisa bersyukur karena Allah masih kasih lisan buat mengucap syukur.

Husnudzon itu bukan cuma soal pasrah, tapi yakin sepenuh hati bahwa rencana Allah selalu yang terbaik. Kadang, kita minta sesuatu, tapi Allah tahan. Bukan karena Dia pelit, tapi karena Dia tahu itu belum baik buat kita. Kayak anak kecil yang minta mainan tajam—orang tua pasti nggak kasih, kan? Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan.

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu." (QS. Al-Baqarah [2]: 216)

Jangan pernah remehkan kekuatan doa. Kadang, Allah sengaja menunda jawaban supaya kita makin dekat sama-Nya. Semakin lama doa dipanjatkan, semakin besar pahala yang menanti. Dan kalau pun nggak dikabulkan di dunia, yakin deh, tabungan pahala di akhirat bakal bikin kita melongo.

Ada juga kisah penasihat raja yang selalu bilang, “Khairan insyaAllah.” Suatu hari, raja marah karena jarinya putus, tapi si penasihat tetap bilang, “Mudah-mudahan jadi baik.” Eh, ternyata gara-gara jarinya putus, raja selamat dari perampok yang cuma mau membunuh orang yang fisiknya sempurna. Kadang, hal yang kita anggap musibah justru jadi penyelamat di kemudian hari.

Husnudzon itu juga berarti nggak gampang iri sama nikmat orang lain. Allah punya rencana unik buat tiap hamba-Nya. Jangan bandingin hidup lo sama feed Instagram orang lain. Yang kelihatan bahagia di luar, belum tentu nggak punya masalah. Fokus aja sama perjalanan lo sendiri, dan yakin Allah nggak pernah salah kasih takdir.

إِنِّي عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
"Aku (Allah) sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku." (HR. Bukhari-Muslim)

Jadi, kalau lo yakin Allah bakal kasih yang terbaik, insyaAllah itu yang bakal lo dapat. Tapi kalau lo terus-terusan curiga sama Allah, hidup lo bakal dipenuhi kecemasan. Pilih mana?

Husnudzon juga bikin hati lebih tenang. Nggak gampang stres, nggak gampang baper. Setiap kejadian, baik atau buruk, diterima dengan lapang dada. Bukan berarti nggak boleh sedih, tapi jangan sampai sedihnya bikin lo lupa bersyukur.

Kunci husnudzon itu sabar dan syukur. Sabar waktu diuji, syukur waktu diberi nikmat. Dua-duanya harus jalan bareng. Kalau cuma sabar doang, nanti jadi ngeluh. Kalau cuma syukur doang, nanti lupa diri. Hidup itu kayak naik sepeda—harus seimbang.

Jangan pernah tanya “kenapa” sama Allah. Itu kunci prasangka buruk. Allah lebih tahu apa yang terbaik. Tugas kita cuma ikhtiar dan tawakal. Kalau belum dikasih, terus minta. Kayak anak kecil yang nggak berhenti merengek sampai ibunya luluh. Allah lebih sayang sama kita daripada ibu ke anaknya.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. Ghafir [40]: 60)

Jadi, mulai sekarang, yuk latih diri buat selalu husnudzon sama Allah. Setiap kejadian, ucapkan, “Khairan insyaAllah, pasti ada hikmah.” Jangan bandingin hidup lo sama orang lain, jangan iri sama rezeki orang lain. Fokus sama perjalanan lo sendiri, dan yakin Allah nggak pernah salah kasih takdir.

Akhirnya, hidup itu soal keyakinan. Yakin bahwa rencana Allah selalu yang terbaik, walaupun kadang nggak sesuai ekspektasi. Kalau lo udah yakin, hati jadi tenang, hidup jadi ringan. Dan yang paling penting, Allah bakal kasih yang terbaik buat lo, di dunia maupun di akhirat.

Jadi, next time hidup lo lagi “nggak banget”, jangan buru-buru suudzon. Coba deh, bilang ke diri sendiri, “Tenang, Allah pasti punya rencana yang lebih indah.” Wallahu a’lam.

Terkait

Lihat Semua