Siapa sangka, di balik ribuan hadis yang sering kita dengar di pengajian, ada sekelompok orang yang kerjaannya mirip detektif sejarah. Mereka bukan cuma ngafalin nama, tapi juga tanggal lahir, wafat, bahkan kisah hidup para perawi hadis. Gokil, kan? Kalau lo pikir nginget tanggal jadian aja susah, bayangin gimana repotnya ngelacak sanad hadis dari abad ke-7!
Ngomongin Ilmu Tawarikh Ar-Ruwwat, ini bukan ilmu yang bikin lo bisa ngeliat masa depan, ya. Tapi, ilmu ini penting banget buat memastikan hadis yang kita denger itu beneran nyambung atau cuma hoaks zaman dulu. Ibaratnya, lo lagi main game detektif, tapi yang dicari bukan penjahat, melainkan siapa aja yang pernah denger hadis dari siapa, kapan, dan di mana. Seru, kan?
Coba bayangin, ada orang ngaku-ngaku pernah denger hadis dari seorang ulama besar. Eh, pas dicek, ternyata si ulama udah wafat tujuh tahun sebelum dia lahir. Lah, ini mah bukan sanad, tapi sandiwara! Makanya, para ahli hadis zaman dulu itu teliti banget. Mereka cek tanggal lahir, wafat, bahkan perjalanan hidup para perawi. Kalau ada yang janggal, langsung dicoret dari daftar.
Ada kisah lucu nih, tentang Ismail bin Iyash yang pernah “nge-prank” seorang laki-laki. Si laki-laki ngaku pernah nulis hadis dari Khalid bin Ma’dan tahun 113 H. Ismail langsung nimpalin, “Bro, Khalid udah wafat tahun 106 H. Masa lo denger hadis dari orang yang udah almarhum tujuh tahun?” Kebayang nggak, kalau zaman sekarang, pasti udah viral di medsos dengan hashtag #SanadGhoib.
Ilmu ini juga bikin kita sadar, ternyata para sahabat Nabi itu umurnya nggak jauh beda sama umur kita sekarang. Nabi Muhammad, Abu Bakar, Umar, rata-rata wafat di usia 63 tahun. Ada juga yang sampai 90 tahun, kayak Usman bin Affan. Tapi, jangan salah, hidup mereka penuh petualangan, bukan cuma rebahan sambil scroll timeline.
Buat yang suka ngulik sejarah, pasti kenal sama nama-nama kayak Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan kawan-kawan. Mereka ini bukan cuma penulis kitab, tapi juga “influencer” di zamannya. Bayangin, karya mereka masih dipelajari sampai sekarang, padahal udah ratusan tahun berlalu. Kalau mereka punya Instagram, followernya pasti udah centang biru semua.
Kitab-kitab biografi perawi hadis itu tebelnya bisa ngalahin skripsi. Ada Tahdzib Al-Kamal, Tarikh Baghdad, sampai At-Tarikh Al-Kabir. Isinya? Bukan cuma nama dan tanggal, tapi juga cerita-cerita seru tentang perjalanan hidup para perawi. Kadang, ada juga drama persahabatan, persaingan, sampai kisah cinta yang nggak kalah seru dari sinetron.
Jadi, kalau lo denger ada hadis yang sanadnya muttasil (nyambung) atau munqathi’ (terputus), itu bukan sekadar istilah keren. Di balik itu, ada kerja keras para ahli hadis yang rela begadang demi memastikan kebenaran. Mereka kayak tim audit, tapi yang diaudit bukan keuangan, melainkan kebenaran sejarah.
Intinya, Ilmu Tawarikh Ar-Ruwwat itu penting banget buat lo yang pengen paham hadis secara utuh. Jangan cuma modal copas dari grup WA, tapi juga cek dulu siapa yang meriwayatkan, kapan, dan di mana. Biar nggak jadi korban hoaks berjamaah. Dan ingat, belajar sejarah itu nggak harus kaku. Bisa kok, dibikin santai, lucu, dan tetap ngena di hati. Karena, siapa tahu, lo bakal jadi “detektif sanad” berikutnya!
Akhir kata, jangan remehkan ilmu sejarah perawi hadis. Karena, tanpa mereka, kita mungkin cuma jadi generasi yang gampang percaya sama cerita tanpa bukti. Yuk, jadi generasi yang kritis, cerdas, dan nggak gampang dibohongi. Salam sanad, salam literasi!