Tokoh Islam Keadilan Sejarah 23 July 2025

Imam Nawawi dan Keberanian Membela Rakyat

Imam Nawawi dan Keberanian Membela Rakyat
Bagikan:

Kamu pernah membayangkan, di tengah hiruk-pikuk kekuasaan, ada seorang ulama yang berani menantang kebijakan pemerintah demi membela rakyat kecil? Kisah Imam Nawawi adalah cermin keberanian, integritas, dan ketulusan ilmu yang tak hanya berhenti di ruang kelas, tapi hidup di tengah masyarakat.

Ilmu yang Membumi, Sikap yang Membela

Imam Nawawi bukan sekadar nama besar dalam dunia keilmuan Islam. Ia tumbuh dari desa kecil di Damaskus, hidup sederhana, dan selalu berpihak pada mereka yang lemah. Ilmunya bukan sekadar teori, tapi menjadi dasar keberpihakan pada rakyat. Ia tak pernah ragu bersuara, bahkan ketika kebijakan pemerintah merugikan masyarakat kecil.

Bayangkan suasana Damaskus pasca perang melawan Tatar. Rakyat baru saja menarik napas lega, namun kebijakan baru pemerintah justru mengancam hak-hak mereka. Sultan Baibars, dalam upaya menata ulang kota, mulai mengambil alih tanah-tanah rakyat. Banyak ulama memilih diam, tapi tidak dengan Imam Nawawi. Ia berdiri di hadapan Sultan, menyuarakan keberpihakan pada rakyat.

Dialog Berani di Majlis Keadilan

Imam Nawawi mendatangi Sultan Baibars di Majlis Keadilan. Ia berdiskusi, menasihati, bahkan menegur dengan bahasa yang santun namun tegas. “Tanah rakyat tidak bisa diambil begitu saja. Hak mereka harus dijaga,” tegasnya. Sultan murka, namun Imam Nawawi tak gentar. Ia tak punya jabatan yang bisa dicopot, tak punya kekuasaan yang bisa diancam. Hanya keberanian dan integritas yang ia bawa.

Tak hanya sekali, Imam Nawawi berkali-kali mendatangi Sultan, mengirim surat, dan terus menasihati. Dalam salah satu suratnya, ia menulis:

قَدْ لَحِقَ الْمُسْلِمِيْنَ بِسَبَبِ هَذِهِ الْحَوْطَةِ عَلىَ أَمْلاَكِهِمْ، أَنْوَاعٌ مِنَ الضَّرَرِ لاَ يُمْكِنُ التَّعْبِيْرُ عَنْهَا، وَطُلِبَ مِنْهُمْ إِثْبَاتٌ لاَ يَلْزَمُهُمْ، فَهَذِهِ الْحَوْطَةُ لاَ تَحِلُّ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْ عُلَمَاءِ الْمُسْلِمِيْنَ، بَلْ فِي يَدِهِ شَيْءٌ فَهُوَ مِلْكُهُ، لاَ يَحِلُّ الْاِعْتِرَاضُ عَلَيْهِ، وَلاَ يُكَلَّفُ بِإِثْبَاتِهِ. وَقَدِ اشْتُهِرَ مِنْ سِيْرَةِ السُّلْطَانِ أَنَّهُ يُحِبُّ الْعَمَلَ بِالشَّرْعِ وَيُوْصِي نُوَّابَهُ بِهِ فَهُوَ أَوْلىَ مَنْ عَمِلَ بِهِ
"Dan telah menimpa kaum Muslimin akibat penyitaan atas harta milik mereka, berbagai jenis kerugian tak terungkap dengan kata-kata. Mereka diminta memberikan bukti kepemilikan yang sebenarnya tidak wajib atas mereka. Padahal penyitaan seperti ini tidak dibenarkan oleh seorang pun dari kalangan ulama Muslim. Jika sesuatu sudah berada dalam genggamannya (seseorang), maka itu adalah miliknya, tidak halal untuk diganggu atau dipertanyakan, dan ia tidak dibebani untuk membuktikannya. Padahal telah masyhur dalam sejarah hidup Sultan bahwa ia mencintai penerapan syariat, dan ia mewasiatkan para pejabatnya agar berpegang padanya. Maka sudah sepantasnya dialah yang paling layak untuk mengamalkannya."
Keteguhan Hati dan Hasil Perjuangan

Imam Nawawi tak hanya menasihati Sultan dengan dalil syariat, tapi juga menyentuh hati dengan bahasa kemanusiaan. Ia mengingatkan, kebijakan yang menindas rakyat kecil akan mencederai anak yatim, janda, petani miskin, dan orang-orang saleh. Ia menulis:

وَلَوْ رَأَى السُّلْطَانُ مَا يَلْحَقُ النَّاسَ مِنَ الشَّدَائِدِ لاَشْتَدَّ حُزْنُهُ عَلَيْهِمْ، وَأَطْلَقَهُمْ فِي الْحَالِ وَلَمْ يُؤَخِّرْهُمْ، وَلَكِنْ لاَ تُنْهَي إِلَيْهِ الْأُمُوْرُ عَلىَ وَجْهِهَا، فَبِاللّهِ أَغِثِ الْمُسْلِمِيْنَ يُغِثْكَ اللهُ، وَارْفُقْ بِهِمْ يَرْفُقِ اللهُ بِكَ، وَعَجِّلْ لَهُمُ الْإِفْرَاجَ قَبْلَ وُقُوْعِ الْأَمْطَارِ وَتَلَفِ غُلاَّتِهِمْ، فَإِنَّ أَكْثَرَهُمْ وَرِثُوْا هَذِهِ الْأَمْلاَكَ مِنْ أَسْلاَفِهِمْ، وَلاَ يُمْكِنُهُمْ تَحْصِيْلُ كُتُبِ شِرَاءٍ، وَقَدْ نُهِبَتْ كُتُبُهُمْ
"Seandainya Sultan melihat sendiri kesulitan-kesulitan yang menimpa rakyat, niscaya ia akan sangat bersedih atas mereka, kemudian segera membebaskan mereka tanpa menunda-nunda. Tetapi, hal-hal seperti ini tidak sampai kepadanya sebagaimana mestinya. Maka demi Allah, tolonglah kaum Muslimin, niscaya Allah akan menolongmu. Berlemahlembutlah kepada mereka, niscaya Allah akan berlemahlembut kepadamu. Segerakanlah pembebasan mereka sebelum datangnya hujan dan rusaknya hasil panen mereka. Karena kebanyakan dari mereka mewarisi tanah-tanah itu dari leluhur mereka, dan mereka tidak bisa mendapatkan dokumen pembelian, karena dokumen-dokumen mereka telah dijarah."

Akhirnya, suara Imam Nawawi membuahkan hasil. Sultan Baibars membatalkan rencana penyitaan tanah rakyat, mengembalikan hak-hak mereka, dan memerintahkan agar rakyat kecil dibiarkan kembali bekerja di ladang dan kebun mereka tanpa rasa takut.

Refleksi: Ilmu, Keberanian, dan Keadilan

Kisah Imam Nawawi mengajarkan kita, ilmu harus membumi dan berpihak pada keadilan. Keberanian menyuarakan kebenaran, meski berisiko, adalah bagian dari warisan ulama besar. Kamu, aku, kita semua, bisa belajar untuk tidak diam ketika melihat ketidakadilan. Karena, keberanian satu orang bisa mengubah nasib banyak orang.


“Tolonglah kaum Muslimin, niscaya Allah akan menolongmu. Berlemahlembutlah kepada mereka, niscaya Allah akan berlemahlembut kepadamu.” (Surat Imam Nawawi kepada Sultan Baibars)

Semoga narasi ini menginspirasi kita untuk selalu membela keadilan, berani bersuara, dan menjaga integritas dalam setiap langkah kehidupan.

Terkait

Lihat Semua