Kamu pernah bertanya, seberapa penting ruang kritik dalam kehidupan bermasyarakat? Dalam realitas sosial kita, kritik sering dianggap sebagai ancaman, padahal ia adalah vitamin bagi demokrasi dan keadilan. Islam sendiri, jauh sebelum konsep demokrasi modern lahir, telah menanamkan nilai keterbukaan terhadap kritik, bahkan kepada pemimpin tertinggi sekalipun.
Kritik: Hak, Tanggung Jawab, dan Budaya
Beberapa waktu lalu, viral video seorang anak yang mengkritik program makan gratis pemerintah. Respon influencer yang membandingkan dengan anaknya sendiri, seolah menolak kritik, justru memperlihatkan betapa budaya kritik masih dianggap tabu. Padahal, selera dan pendapat adalah hak personal. Jika sejak kecil anak dilarang berpendapat, kelak ia tumbuh menjadi generasi yang takut bicara dan pasif menerima keadaan.
Kebebasan berpendapat adalah hak asasi yang dijamin konstitusi. Namun, dalam praktiknya, intimidasi dan diskriminasi masih sering terjadi, terutama jika kritik diarahkan pada penguasa. Padahal, kritik adalah mekanisme pengingat agar pemerintah tetap di jalur yang benar. Tanpa kritik, feodalisme dan otoritarianisme mudah tumbuh subur.
Kritik dalam Perspektif Islam
Islam tidak hanya membolehkan, tapi mendorong kritik yang konstruktif. Dalam hadits, Rasulullah bersabda:
Nasihat dan kritik adalah pilar penting dalam menjaga keutuhan umat. Rasulullah sendiri adalah teladan pemimpin yang terbuka terhadap kritik, bahkan dari lawan sekalipun. Kisah dialog beliau dengan Utbah bin Rabi’ah di masjid menjadi contoh, bagaimana kritik dan tawaran kompromi didengar dengan sabar dan tanpa interupsi.
Dialog, Keteladanan, dan Kematangan Sikap
Rasulullah tidak pernah memotong pembicaraan lawan, bahkan ketika isi kritiknya tajam. Setelah mendengar, beliau menanggapi dengan tenang dan argumentatif, seringkali dengan ayat Al-Qur’an yang relevan. Sikap ini juga dicontohkan Umar bin Khattab, yang berkata:
Bahkan, Umar menegaskan, “Kita akan selalu berada dalam kebaikan selama ada yang mengingatkan kita.” Pemimpin yang baik harus terbuka terhadap kritik dan nasihat, karena itu adalah bentuk kasih sayang dan tanggung jawab sosial.
Kritik sebagai Jalan Perbaikan
Dalam negara demokrasi, kritik adalah hak sekaligus keharusan. Pemerintah perlu mendengar suara masyarakat tanpa prasangka, menghargai perbedaan pendapat, dan merespons dengan santun. Kritik yang jujur lahir dari kepedulian, bukan permusuhan.
Kamu, aku, kita semua, punya peran dalam membangun budaya kritik yang sehat. Mulai dari keluarga, sekolah, hingga ruang publik, biasakan berdiskusi dan memberi masukan dengan cara yang elegan. Karena, kritik yang baik adalah hadiah, bukan serangan.
“Dan berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat: 55)
Semoga narasi ini menginspirasi kita untuk terus menjaga ruang kritik yang sehat, demi masyarakat yang adil, terbuka, dan penuh hikmah.