Sejarah Islam 22 July 2025

Kisah Kecerdasan Abu Bakar dalam Mendakwahkan Islam

Kisah Kecerdasan Abu Bakar dalam Mendakwahkan Islam
Bagikan:

Kalau ada lomba “Siapa Paling Gesit Sebar Kebaikan”, Abu Bakar pasti langganan juara. Bayangin, di zaman orang masih mikir dua kali buat ganti status, beliau udah duluan update iman dan langsung ngajak teman-teman masuk Islam. Bukan cuma update status, tapi update hidup!

Jadi gini, bro, fase dakwah Nabi Muhammad ﷺ itu kayak dua season serial favorit: 13 tahun di Makkah (season Makkiah, penuh drama dan plot twist), lalu 10 tahun di Madinah (season Madaniyah, mulai banyak aturan main). Di Makkah, ayat-ayatnya lebih banyak kisah, peringatan, dan motivasi. Di Madinah, baru deh mulai banyak hukum—kayak tiba-tiba serialnya berubah jadi reality show penuh challenge.

Tapi, sebelum viral, dakwah Nabi itu dimulai diam-diam. Kayak startup yang soft launching, nggak langsung heboh. Target pertama? Istri tercinta, Khadijah. Nggak pakai debat, langsung klik “accept”. Lalu Zaid bin Haritsah, anak angkat yang loyalnya nggak ketulungan. Disusul Ali bin Abi Thalib, bocah cerdas yang udah kayak anak sendiri. Semua langsung join, nggak pakai trial version.

Nah, giliran Abu Bakar, ini baru seru. Nabi ﷺ datang ke sahabat karibnya, bilang, “Bro, gue utusan Allah. Udah turun wahyu, begini-begini…” Abu Bakar? Nggak pakai loading, langsung syahadat. Nggak ada tuh, “Nanti dulu, gue pikir-pikir.” Bahkan Nabi sendiri sampai bilang, “Nggak ada orang yang gue ajak masuk Islam secepat Abu Bakar.”

Dialognya kira-kira begini:

“Wahai Abu Bakar, aku utusan Allah.” “Langsung, deh. Asyhadu alla ilaha illallah wa anna muhammadar rasulullah.” Nabi: (dalam hati) “Ini baru sahabat sejati, nggak pakai ribet.”

Abu Bakar itu tipe orang yang kalau udah yakin, gaspol. Nggak pakai rem tangan. Begitu syahadat, dia langsung tanya, “Ya Rasulullah, terus gue harus ngapain?” Nabi ﷺ jawab, “Sebarin semampumu.” Abu Bakar keluar rumah, langsung cari teman-teman terdekat. Bukan buat flexing, tapi buat nabung pahala.

Target pertama: Utsman bin Affan. “Bro, ada kabar keren. Syahadat, yuk!” Utsman langsung join. Bayangin, semua kebaikan Utsman dari syahadat sampai jadi khalifah, Abu Bakar ikut panen pahalanya. Ini baru MLM syariah, bro, nggak ada tipu-tipu.

Nggak berhenti di situ. Abu Bakar lanjut ke rumah sebelah, nemuin Zubair bin Awwam. Sepupu Nabi, jagoan perang, mental baja. “Zubair, join Islam, yuk!” Zubair pun masuk Islam. Lagi-lagi, Abu Bakar nambah tabungan amal jariyah. Kalau zaman sekarang, udah kayak referral code yang nggak ada expired-nya.

Lanjut ke Thalhah bin Ubaidillah, si dermawan yang infaknya nggak pernah absen. “Thalhah, ini ada peluang surga, mau?” Thalhah langsung syahadat. Bahkan di perang Uhud, Thalhah rela jadi tameng hidup buat Nabi ﷺ. Sampai ompong, malah makin ganteng katanya. Kalau ada penghargaan “Ompong Tersantun”, pasti dia pemenangnya.

Abu Bakar nggak puas sampai situ. Dia cari Saad bin Abi Waqqas, jenderal yang nanti menaklukkan Persia. “Saad, ini jalan kebenaran, bro!” Saad pun masuk Islam. Bayangin, seluruh wilayah Persia, dari Iran sampai Rusia, masuk Islam lewat Saad. Dan siapa yang panen pahala? Abu Bakar, dong!

Terakhir, Abdurrahman bin Auf, pebisnis ulung yang hartanya kayak ATM nggak pernah limit. “Abdurrahman, yuk syahadat!” Langsung join. Semua kebaikan, sedekah, dan bisnis halal Abdurrahman, Abu Bakar dapat bagian pahalanya. Ini baru investasi abadi.

Kalau dipikir-pikir, Abu Bakar itu kayak influencer zaman now, tapi followers-nya pada beneran berubah hidup. Nggak cuma trending topic, tapi trending surga. Setiap orang yang diajak masuk Islam, semua amalnya otomatis masuk ke rekening pahala Abu Bakar. Nggak ada sistem cashback, tapi pahala back-to-back!

Nggak heran, Nabi ﷺ pernah bilang:

لو وُزِنَ إِيمَانُ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ بِإِيمَانِ أَبِي بَكْرٍ لَرَجَحَ إِيمَانُ أَبِي بَكْرٍ
"Jika ditimbang iman seluruh umat Muhammad dengan imannya Abu Bakar, tetap lebih berat iman Abu Bakar."

Gokil, kan? Satu orang, imannya ngalahin satu umat. Ini bukan kaleng-kaleng, bro. Kalau ada yang bilang Abu Bakar itu biasa aja, fix, dia belum baca sejarah!

Tapi, kecerdasan Abu Bakar bukan cuma soal ngajak orang. Dia juga jeli milih target. Bukan asal comot, tapi yang diajak duluan justru orang-orang terdekat Nabi ﷺ. Sepupu, sahabat, jagoan perang, pebisnis, semua diangkut. Strategi marketing-nya rapi, kayak main catur, selalu tiga langkah di depan.

Ada satu momen penting soal Zaid bin Haritsah. Dulu, Zaid sempat jadi budak, lalu dihadiahkan Khadijah ke Nabi ﷺ. Ayahnya, Haritsah, datang mau nebus. Tapi Nabi ﷺ bilang, “Tanya Zaid aja, mau ikut siapa.” Zaid milih Nabi ﷺ, bukan ayahnya. Bukan karena durhaka, tapi karena udah ngerasain akhlak Nabi yang luar biasa. Sampai akhirnya, Zaid sempat dipanggil Zaid bin Muhammad, sampai turun ayat ini:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
"Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi." (QS. Al-Ahzab: 40)

Jadi, jangan asal ganti nama ayah di belakang, ya. Udah ada aturannya dari langit!

Kisah lain, waktu Nabi ﷺ kecil tinggal di rumah Abu Thalib, pamannya. Abu Thalib miskin, anaknya banyak, makanan sering rebutan. Tapi Nabi ﷺ nggak pernah ikutan berebut. Sampai Abu Thalib bilang ke istrinya, “Kalau masak, pisahin buat Muhammad, dia nggak pernah rebutan.” Ini pelajaran, bro, adab itu penting. Nggak semua harus rebutan, kadang yang sabar justru dapat lebih.

Setelah dewasa dan menikah, Nabi ﷺ balas budi ke pamannya. Diajak pamannya yang lain, Abbas, buat bantu meringankan beban Abu Thalib. Anak-anaknya diambil, dirawat keluarga besar. Ali bin Abi Thalib akhirnya tinggal sama Nabi ﷺ. Bayangin, Ali tumbuh di rumah kenabian, dapat pendidikan langsung dari sumbernya. Nggak heran, Ali jadi salah satu sahabat paling cerdas dan pemberani.

Balik ke Abu Bakar, pelajaran paling penting dari beliau adalah: jangan tunda kebaikan. Begitu tahu kebenaran, langsung sebar. Nggak usah nunggu momen, nggak usah nunggu viral. Siapa tahu, satu ajakan kecil hari ini, jadi tabungan pahala abadi besok. Kayak Abu Bakar, ngajak satu orang, efeknya bisa sampai ke jutaan orang. Ini baru efek domino yang beneran!

Kadang kita suka mikir, “Ah, nanti aja deh, belum siap.” Padahal, siapa tahu umur kita nggak sepanjang rencana. Abu Bakar nggak nunggu siap, nggak nunggu momen, langsung action. Dan hasilnya? Satu generasi emas lahir dari tangan dinginnya.

Jadi, bro, kalau lo udah tahu kebaikan, jangan pelit share. Nggak usah takut dibilang sok alim. Abu Bakar aja nggak malu ngajak orang, masa lo kalah sama beliau? Ingat, pahala itu kayak cashback, makin sering share, makin banyak baliknya. Tapi bedanya, ini cashback nggak pernah expired!

Terakhir, kalau ada yang bilang, “Gue nggak sehebat Abu Bakar, nggak bisa dakwah.” Santai, bro. Mulai aja dari yang kecil. Sapa tetangga, senyum ke teman, ajak keluarga salat. Siapa tahu, lo jadi perantara hidayah buat orang lain. Dan ingat, tugas kita cuma sampaikan. Soal hasil, itu urusan Allah. Kayak kata Nabi ﷺ:

مَا عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ
"Tugasmu hanya menyampaikan."

Jadi, yuk, mulai hari ini, upgrade iman, upgrade amal, dan jangan lupa: sebar kebaikan, jangan ditunda. Siapa tahu, lo yang jadi Abu Bakar di tongkrongan lo sendiri. Salam inspirasi, salam dakwah cerdas!

Terkait

Lihat Semua