Sejarah Islam 22 July 2025

Kisah Mualaf Dunia Modern

Kisah Mualaf Dunia Modern
Bagikan:

Siapa bilang jadi mualaf itu cuma buat orang yang lagi cari sensasi? Nih, bro, kalau lo pikir yang masuk Islam itu cuma orang yang “tersesat di jalan yang benar”, siap-siap kaget. Ternyata, banyak banget kisah mualaf dari seluruh dunia yang bikin lo mikir, “Wah, ternyata Islam tuh keren juga, ya!”

Jangan salah, yang masuk Islam itu rata-rata orang pintar. Bukan kaleng-kaleng, bukan juga korban PHP. Coba cek sejarah, dari profesor, arsitek, sampai mahasiswa, banyak yang akhirnya jatuh cinta sama Islam. Sementara yang keluar dari Islam? Biasanya… ya, gitu deh, nggak jauh-jauh dari yang kurang piknik.

Gue kasih bocoran, ada profesor spesialis kulit dari Eropa yang bikin heboh dunia kedokteran. Setiap tahun, dia ngumpulin dokter-dokter top dunia buat seminar. Suatu hari, dia nemuin fakta: rasa sakit manusia itu ada di kulit, bukan di daging. Kalau kulitnya terbakar, urat sarafnya mati, dagingnya diiris pun nggak kerasa. Semua dokter tepuk tangan, kagum sama penemuan itu.

Tiba-tiba, dokter Muslim dari Mesir angkat tangan. “Prof, penemuan Anda keren, tapi Al-Qur’an udah bahas ini 1400 tahun lalu.” Semua melongo. Si dokter buka Al-Qur’an, baca terjemahan surah An-Nisa ayat 56: setiap kali kulit penghuni neraka terbakar, Allah ganti dengan kulit baru supaya mereka terus merasakan sakit. Profesor itu langsung mewek di podium, “Tuntun saya masuk agama Anda. Ini bukan buatan manusia.” Syahadat di depan ribuan ilmuwan. Gokil, kan?

Nggak cuma itu. Ada arsitek Jerman yang suka banget baca literatur klasik, termasuk Al-Qur’an. Dia penasaran, kenapa surga selalu digambarkan “di bawahnya mengalir sungai”? Akhirnya, dia eksperimen: bikin rumah dengan lantai kaca, di bawahnya ada saluran air. Begitu duduk di sofa, denger suara air, semua penat dua bulan hilang dalam lima menit. “Oh, ini rahasianya!” katanya. Akhirnya, dia masuk Islam gara-gara satu ayat yang sering kita baca, tapi jarang kita resapi.

Ada juga kisah mahasiswa Muslim di Amerika. Lagi nonton salat tarawih di Makkah bareng temen Nasrani. Temennya heran, “Gimana caranya 1,5 juta orang bisa diatur cuma dengan satu instruksi?” Si Muslim bilang, “Tunggu sebentar.” Begitu iqamah, semua orang rapi, satu komando. Temennya langsung bilang, “Tuntun saya masuk agamamu. Ini nggak mungkin buatan manusia.”

Dialognya lucu banget:

“Menurut kamu, masuk akal nggak manusia sebanyak ini bisa diatur satu instruksi?” “Nggak mungkin!” “Coba tunggu sebentar.” Iqamah. Semua rapi. Satu instruksi lagi, “Allahu Akbar!” Semua patuh. Temennya melongo, “Ini beneran?!”

Kadang, kita yang Muslim dari lahir malah nggak sadar betapa kerennya Islam. Sementara orang luar, sekali lihat, langsung jatuh cinta. Ada juga kisah anak muda di Inggris, nanya ke syekh, “Kenapa wanita Muslim nggak boleh salaman sama semua orang?” Syekhnya jawab, “Kamu bisa salaman sama Ratu Inggris?” “Nggak bisa.” “Nah, wanita Muslim itu kayak ratu, nggak sembarangan orang bisa salaman.”

Pertanyaan kedua, “Kenapa wanita Muslim harus pakai jilbab?” Syekh ngeluarin dua permen, satu dibuka, satu masih terbungkus. “Kalau saya suruh pilih, kamu ambil yang mana?” “Yang terbungkus, Syekh.” “Kenapa?” “Karena yang terbuka udah kotor.” “Nah, wanita Muslim itu kayak permen terbungkus. Cuma suaminya yang boleh buka.”

Analogi sederhana, tapi ngena banget. Akhirnya, anak muda itu syahadat juga. Kadang, hidayah datang dari hal-hal yang nggak kita duga. Dari pertanyaan receh, sampai eksperimen iseng, semua bisa jadi jalan menuju Islam.

Ada juga kisah lucu soal saf salat. Temen Nasrani nanya, “Beneran, ya, kalau ada yang mendahului imam, kepalanya bisa jadi kepala keledai?” Si Muslim cuma nyengir, “Itu hadis, bro. Tapi intinya, kita diajarin disiplin dan patuh.”

Yang menarik, banyak mualaf bilang, mereka masuk Islam bukan karena paksaan, tapi karena logika dan hati. Islam itu agama yang rasional, semua ada alasannya. Dari aturan salaman, hijab, sampai saf salat, semua ada maknanya. Bukan sekadar tradisi, tapi ada hikmah di baliknya.

Kadang, kita suka lupa bersyukur lahir sebagai Muslim. Padahal, di luar sana, banyak orang rela meninggalkan segalanya demi Islam. Ada yang kehilangan keluarga, teman, bahkan pekerjaan. Tapi mereka tetap teguh, karena udah ngerasain manisnya iman.

Jadi, kalau lo lagi ngerasa iman turun, coba deh baca kisah mualaf. Biar lo inget, Islam itu anugerah, bukan sekadar status di KTP. Dan, jangan lupa, hidayah itu hak prerogatif Allah. Tugas kita cuma jaga iman, syukuri nikmat, dan terus belajar.

Terakhir, jangan remehkan kekuatan satu ayat, satu pertanyaan, atau satu momen kecil. Kadang, itu yang jadi pintu hidayah buat seseorang. Siapa tahu, lo yang jadi perantara hidayah buat orang lain. Salam inspirasi, salam mualaf dunia!

Terkait

Lihat Semua