Teladan 22 July 2025

Takut Itu Manusiawi: Abdullah Bin Hudzafah dan Harga Sebuah Prinsip

Takut Itu Manusiawi: Abdullah Bin Hudzafah dan Harga Sebuah Prinsip
Bagikan:

Kadang, dunia terasa terlalu bising untuk sekadar mendengar detak jantungmu yang bergetar. Takut itu wajar, kok. Siapa sih yang nggak pernah merasa gentar, apalagi saat berdiri sendirian mempertahankan sesuatu yang diyakini benar?

Pernah nggak, kamu merasa seperti sendirian di tengah keramaian? Suara-suara di sekitarmu meremehkan, tapi kamu tetap bertahan. Rasanya kayak menahan hujan deras tanpa payung—basah, dingin, tapi kamu tahu, ada makna di balik setiap tetes air yang jatuh ke tubuhmu.

Kisah Abdullah bin Hudzafah ini, bukan sekadar catatan sejarah. Buatku, ini seperti pelukan hangat buat siapa saja yang pernah lelah menjaga prinsip di tengah tekanan. Abdullah, sahabat Nabi ﷺ yang namanya nggak setenar Abu Bakar atau Umar, pernah berdiri di titik paling rapuh: antara hidup dan mati, antara tunduk pada ancaman atau tetap teguh pada iman.

Bayangin, di masa Umar bin Khattab, Abdullah memimpin pasukan Muslim lalu tertawan Romawi. Di hadapan raja Heraklius, ia ditawari setengah kerajaan kalau mau meninggalkan Islam. Jawabannya? Sederhana, tapi dalam: “Andai seluruh kerajaan dunia diberikan padaku, aku nggak akan meninggalkan agama Muhammad walau sekejap.”

Tekanan datang bertubi-tubi. Diikat, dipanah, disuguhi makanan haram saat kelaparan, bahkan harus melihat sahabatnya dilempar ke air mendidih. Abdullah menangis—bukan karena takut mati, tapi karena menyesal: “Andai aku punya nyawa sebanyak rambutku, semuanya ingin aku korbankan di jalan Allah.”

Heraklius akhirnya menyerah. Ia minta Abdullah mencium kepalanya sebagai syarat pembebasan ratusan tawanan Muslim. Abdullah setuju, asal semua dibebaskan. Ia pulang ke Madinah, bukan dengan luka, tapi dengan kehormatan dan pelajaran: kadang, harga sebuah prinsip memang mahal, tapi nilainya nggak pernah sia-sia.

Kamu tahu, dunia seringkali kejam sama mereka yang memilih jalan lurus. Tekanan sosial, komentar toxic, bahkan ancaman nyata bisa bikin kamu ragu. Tapi Abdullah bin Hudzafah ngajarin: keberanian itu bukan berarti nggak punya rasa takut, tapi tetap melangkah meski lutut gemetar. Kamu nggak sendiri. Setiap langkah kecilmu untuk kebaikan, sekecil apapun, punya arti besar di mata Allah.

Jangan biarkan dunia memadamkan cahaya keyakinanmu. Kalau hari ini kamu merasa sendiri, ingatlah Abdullah bin Hudzafah. Kamu nggak gagal—kamu sedang belajar jadi pejuang di dunia yang kadang terlalu bising untuk dengar suara hatimu. Peluk hangat untukmu, pejuang kebaikan. Kamu cukup, dan kamu berharga.

Terkait

Lihat Semua