Pembangunan Inspirasi Urban Ekonomi Heritage 24 July 2025

Menggagas Pembangunan Berkelanjutan: Inspirasi dari Qassim untuk Masa Depan Kota dan Masyarakat

Menggagas Pembangunan Berkelanjutan: Inspirasi dari Qassim untuk Masa Depan Kota dan Masyarakat
Bagikan:

Membayangkan sebuah kota yang tak hanya tumbuh secara fisik, tetapi juga berkembang dalam semangat, nilai, dan kualitas hidup warganya, barangkali adalah impian banyak dari kita. Namun, bagaimana jika impian itu benar-benar diwujudkan? Mari kita menelusuri narasi inspiratif dari Qassim, sebuah wilayah di Arab Saudi, yang baru-baru ini menjadi sorotan berkat gebrakan pembangunan berkelanjutan yang menyentuh berbagai aspek kehidupan: kesehatan, energi, tata kota, hingga pelestarian warisan budaya.

Kisah ini bermula dari sebuah peristiwa penting: Gubernur Qassim, Pangeran Faisal bin Mishaal, meresmikan serangkaian proyek bernilai lebih dari 200 juta riyal Saudi (sekitar 53 juta dolar AS) di Al-Bukayriyah. Bukan sekadar seremoni, tetapi sebuah langkah nyata yang menandai komitmen pemerintah untuk menghadirkan perubahan bermakna bagi masyarakatnya. Ada sesuatu yang menarik di sini—pembangunan tidak hanya dipandang sebagai urusan infrastruktur, melainkan juga sebagai upaya membangun peradaban yang lebih sehat, inklusif, dan berkelanjutan.

Bayangkan suasana pagi di Al-Bukayriyah. Udara segar, jalan-jalan yang tertata rapi, taman-taman kota yang mulai dipenuhi anak-anak dan keluarga, serta deretan fasilitas umum yang kini lebih ramah dan mudah diakses. Di balik semua itu, ada kerja keras dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pangeran Faisal, dalam pidatonya, menekankan pentingnya sinergi ini. “Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang melibatkan semua pihak dan berorientasi pada kebutuhan nyata warga,” begitu kira-kira esensi pesannya.

Tak hanya infrastruktur fisik, proyek-proyek yang diresmikan juga menyentuh aspek kesehatan. Rumah Sakit Umum Al-Bukayriyah kini memiliki laboratorium otomatis, layanan rawat inap dan gawat darurat yang lebih baik, serta pusat kesehatan Al-Zahra yang dikembangkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Ada juga pembaruan sistem kelistrikan rumah sakit, sebuah detail yang sering kali luput dari perhatian, namun sangat vital bagi pelayanan kesehatan yang andal.

Menariknya, pembangunan di Qassim tidak melulu soal beton dan baja. Ada sentuhan hijau yang menandai era baru: penggunaan energi surya di gedung pemerintahan. Langkah ini bukan sekadar simbol, melainkan bagian dari strategi besar untuk menekan biaya operasional, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan efisiensi. “Energi terbarukan adalah masa depan, dan kita harus menjadi bagian dari perubahan itu,” ujar Pangeran Faisal dengan nada optimis.

Lalu, bagaimana dengan warisan budaya? Di tengah gempuran modernisasi, Qassim justru memilih untuk merangkul sejarahnya. Proyek restorasi kota tua Al-Bukayriyah dan pengembangan jalur wisata Jabal Saq menjadi bukti nyata. Bayangkan berjalan di antara bangunan bersejarah yang kini kembali hidup, atau menikmati pemandangan dari ketinggian 400 meter di Jabal Saq, sembari merenungkan perjalanan panjang sebuah kota. Ada dialog batin yang tercipta di sana—antara masa lalu, kini, dan masa depan.

Dialog ini juga terasa dalam percakapan antara Pangeran Faisal dan warga setempat. “Apa arti kemajuan jika kita melupakan akar budaya kita?” tanya seorang tokoh masyarakat. Pangeran Faisal menjawab dengan tenang, “Justru dengan menjaga warisan, kita memperkuat identitas dan memberi makna pada setiap langkah pembangunan.” Percakapan semacam ini bukan hanya basa-basi, melainkan refleksi dari kesadaran kolektif akan pentingnya keseimbangan antara inovasi dan pelestarian.

Tak ketinggalan, sektor pariwisata pun mendapat perhatian khusus. Basma Rural Resort, misalnya, menjadi contoh bagaimana potensi alam dan budaya lokal dapat diolah menjadi destinasi yang menarik, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. “Kami ingin wisatawan merasakan kehangatan dan keunikan Qassim, bukan sekadar melihat pemandangan,” ungkap pengelola resort dengan antusias. Di sini, pengalaman menjadi kata kunci—wisata bukan hanya soal tempat, tetapi juga tentang cerita, interaksi, dan nilai-nilai yang dibawa pulang.

Pembangunan yang inklusif juga tercermin dari inisiatif sosial. Dua program wakaf besar diluncurkan: Waqf Al-Walidayn untuk mendukung pendidikan Al-Qur’an, dan Endowment Investment untuk memberdayakan para janda. Kedua program ini bukan hanya soal dana, tetapi tentang menciptakan ekosistem sosial yang saling menguatkan. “Setiap kontribusi, sekecil apapun, adalah investasi untuk masa depan bersama,” kata Pangeran Faisal, mengajak semua pihak untuk terlibat.

Menarik untuk dicermati, semua inisiatif ini sejalan dengan visi besar Arab Saudi 2030—sebuah roadmap ambisius untuk mentransformasi ekonomi, sosial, dan budaya. Qassim, dengan segala potensinya, menjadi laboratorium hidup bagi gagasan-gagasan progresif yang tetap berakar pada nilai-nilai lokal. Ada pelajaran penting di sini: modernisasi tidak harus mengorbankan identitas, dan kemajuan sejati adalah yang mampu merangkul semua lapisan masyarakat.

Sebagai penutup, mari kita refleksikan: apa yang bisa kita pelajari dari Qassim? Barangkali, kunci utamanya adalah keberanian untuk bermimpi besar, kemauan untuk berkolaborasi, dan komitmen untuk menjaga keseimbangan antara inovasi dan tradisi. Pembangunan bukan sekadar soal angka dan proyek, tetapi tentang membangun harapan, memperkuat jati diri, dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk semua.

Jadi, apakah kota-kota di Indonesia siap mengambil inspirasi dari Qassim? Jawabannya ada pada kita—pada setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini, untuk masa depan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan bermakna.

Terkait

Lihat Semua