Ngomongin soal nikah, kadang hidup suka ngasih plot twist yang nggak ada di sinetron. Misal, ada pasangan yang menikah di KUA, tapi ternyata sang istri sudah hamil dua bulan. Setelah anak lahir, keluarga heboh, ada yang nyaranin akad ulang, ada juga yang bilang, “Udah, nggak usah, toh dulu sah di KUA.” Teman bingung, mimin juga ikut mikir, “Sebenernya, perlu nggak sih nikah ulang kalau menikah dalam kondisi hamil?”
Yuk, kita bahas pelan-pelan, kayak ngobrol di warung kopi sambil nunggu gorengan mateng. Dalam Islam, aturan soal siapa yang boleh dan nggak boleh dinikahi itu jelas banget. Allah SWT sudah ngasih daftar lengkap di surat an-Nisa’ ayat 22, 23, dan 24. Intinya, ada perempuan-perempuan tertentu yang haram dinikahi, tapi di luar itu, halal. Allah berfirman:
Nah, dari ayat-ayat lain juga dijelasin siapa aja yang haram dinikahi: perempuan musyrik, yang lagi iddah, yang sudah ditalak tiga, dan seterusnya. Tapi, nggak ada tuh larangan menikahi perempuan hamil yang tidak punya suami. Jadi, kalau semua rukun dan syarat nikahnya lengkap, ya sah-sah aja menikahi wanita hamil.
Kadang, keluarga suka parno, takut nikahnya nggak sah, atau anaknya nanti dianggap “nggak jelas” statusnya. Padahal, selama akad nikahnya sah, nggak ada yang perlu diulang. Nggak perlu juga akad ulang setelah anak lahir. Islam itu nggak ribet, yang penting syarat dan rukunnya terpenuhi.
Jadi, buat kamu yang lagi galau, tenang aja. Nggak perlu akad ulang kalau dulu sudah sah secara agama dan negara. Nggak usah dengerin omongan yang bikin tambah pusing. Hidup udah cukup drama, jangan ditambahin plot twist yang nggak perlu.
Kalau masih ragu, boleh kok konsultasi ke KUA atau ustaz yang paham. Tapi, intinya, menikah dalam kondisi hamil itu boleh, asal bukan hasil hubungan dengan suami sebelumnya yang masih dalam masa iddah. Selama semua syarat terpenuhi, akadnya sah, dan nggak perlu diulang.
Jadi, jangan biarkan stigma atau omongan orang bikin kamu ragu sama pernikahanmu. Yang penting, jalani rumah tangga dengan niat baik, saling mendukung, dan terus belajar jadi pasangan yang saling menguatkan. Karena, dalam hidup, yang penting bukan awalnya gimana, tapi gimana kita saling menjaga sampai akhir.
Kamu punya pengalaman serupa? Atau pernah denger cerita unik soal nikah? Cerita dong di komentar, biar mimin nggak jadi satu-satunya yang suka mikir aneh-aneh soal hukum nikah!
Wallahu a’lam.