Kalau ada lomba skill yang diwariskan turun-temurun di kampung, menyembelih ayam pasti masuk nominasi. Tapi, jangan salah, urusan motong ayam itu bukan cuma soal berani pegang pisau dan nggak jijik sama darah. Ada ilmunya, ada adabnya, dan—yang paling penting—ada syariatnya.
Coba bayangin, pagi-pagi di kampung, suara ayam berkokok masih bersahut-sahutan. Di dapur, emak udah siapin bumbu opor, bapak sibuk cari pisau paling tajam. Anak-anak ngintip dari balik pintu, antara penasaran dan ngeri. “Pak, ayamnya jangan disiksa ya!” kata si bungsu. Bapak cuma senyum, “Tenang, Nak. Kita motong ayam harus baik-baik, biar halal dan berkah.”
Tapi, di zaman serba cepat kayak sekarang, kadang proses penyembelihan ayam jadi kayak pabrik. Satu orang bisa motong puluhan ekor per jam. Ada yang saking buru-burunya, ayam belum mati udah dicelupin ke air panas. Ada juga yang lupa baca basmalah, atau malah nggak tahu arah kiblat. Nah, di sinilah pentingnya belajar cara menyembelih ayam yang benar menurut Islam.
Ngomongin soal motong ayam, kadang ada yang mikir, “Ah, yang penting ayamnya mati, kan?” Eits, jangan salah! Dalam Islam, motong ayam itu ada aturannya. Bukan cuma soal halal-haram, tapi juga soal adab dan rasa kemanusiaan. Jangan sampai, niatnya mau makan enak, eh, malah jadi dosa gara-gara salah prosedur.
Di kampung, biasanya ada satu orang yang jadi langganan tukang sembelih. Namanya Pak Haji. Setiap Iduladha, atau ada hajatan, beliau selalu dipanggil. “Pak Haji, tolong motongin ayam ya!” Pak Haji selalu datang bawa pisau yang udah diasah sampai kinclong. Sebelum mulai, beliau selalu bilang, “Bismillah, Nak. Ini bukan cuma motong ayam, ini ibadah.”
Syarat utama menyembelih ayam menurut Islam itu simpel, tapi kadang suka diabaikan. Pertama, alatnya harus tajam. Jangan pakai pisau tumpul, apalagi sendok! Rasulullah ﷺ bersabda:
Jadi, pisau harus tajam, biar ayam nggak tersiksa. Jangan sampai, ayamnya udah megap-megap, kita masih sibuk ngasah pisau. Kasihan, bro!
Kedua, harus baca basmalah. Ini syarat mutlak. Allah berfirman:
Tapi, gimana kalau lupa baca basmalah? Nah, ini sering jadi perdebatan. Ada ulama yang bilang, kalau lupa, insyaAllah tetap halal, apalagi kalau penyembelihnya muslim. Tapi, kalau sengaja nggak baca, itu yang bahaya. Jadi, biasakan baca basmalah, biar hati tenang, ayam pun tenang.
Ketiga, potong tenggorokan dan dua urat leher dalam satu gerakan. Jangan setengah-setengah. Ini bukan cuma soal teknik, tapi juga soal kasih sayang ke hewan. Rasulullah ﷺ bersabda:
Keempat, penyembelihnya harus muslim, berakal, dan sudah baligh. Kalau di kampung, biasanya yang motong ayam itu bapak-bapak atau Pak Haji. Tapi, kalau di rumah, siapa saja boleh, asal tahu ilmunya dan niatnya benar.
Ada satu cerita lucu. Waktu itu, si bungsu pengen coba motong ayam sendiri. “Pak, aku pengen belajar motong ayam!” Bapak cuma senyum, “Boleh, tapi harus diawasi. Jangan sampai ayamnya malah dikejar-kejar keliling rumah.” Akhirnya, si bungsu belajar dari awal: asah pisau, baca basmalah, pegang ayam dengan tenang, dan potong di tempat yang benar. Setelah selesai, emak bilang, “Alhamdulillah, ayamnya halal, anaknya juga tambah berani.”
Nah, soal ayam yang langsung dicelupin ke air panas sebelum mati, ini yang sering jadi masalah di tempat pemotongan modern. Dalam Islam, ayam harus benar-benar mati karena sembelihan, bukan karena tenggelam atau kepanasan. Kalau ayamnya belum mati, lalu dicelupin ke air panas, itu bisa bikin statusnya jadi syubhat (meragukan). Lebih baik tunggu sampai ayam benar-benar mati, baru proses cabut bulu.
Selain syarat, ada juga adab menyembelih. Jangan tunjukin pisau ke ayam sebelum waktunya. Jangan sembelih ayam di depan ayam lain. Jangan sembelih dengan kasar atau main-main. Rasulullah ﷺ mengajarkan, kalau mau motong, tajamkan pisau, sembelih dengan cepat, dan jangan bikin hewan stres.
Kadang, di tempat pemotongan, ayam-ayam ditumpuk, diikat, dan disembelih satu per satu di depan temannya. Ini bikin ayam stres, dan itu nggak sesuai adab Islam. Kalau bisa, sembelih di tempat yang tenang, jauh dari ayam lain, dan jangan buru-buru.
Soal arah kiblat, memang tidak wajib, tapi dianjurkan. Kalau bisa, hadapkan ayam ke kiblat. Ini bagian dari sunnah dan bentuk penghormatan pada proses penyembelihan.
Terakhir, jangan lupa bersyukur. Setelah ayam disembelih, baca doa, dan niatkan untuk kebaikan. Makanlah dengan rasa syukur, karena setiap daging yang masuk ke tubuh kita akan jadi bagian dari amal kita.
Jadi, motong ayam itu bukan cuma soal kenyang, tapi juga soal iman dan adab. Jangan sampai, gara-gara salah motong, ayamnya nggak halal, atau malah jadi dosa. Belajar dari Pak Haji, dari emak, dari para ulama, dan dari Rasulullah ﷺ. Biar setiap suapan opor ayam jadi berkah, bukan cuma di dunia, tapi juga di akhirat.
Selamat belajar motong ayam, selamat menikmati opor, dan semoga setiap sembelihan kita jadi amal saleh yang diterima Allah. Jangan lupa, tajamkan pisau, baca basmalah, dan niatkan untuk ibadah. Karena, di balik sepotong ayam goreng, ada ilmu, ada adab, dan ada pahala yang menanti.