Umum 21 July 2025

Parenting Islami: Antara Cinta, Tantangan, dan Harapan

Parenting Islami: Antara Cinta, Tantangan, dan Harapan
Bagikan:

Namanya parenting Islami, kedengarannya sederhana. Tapi, siapa sangka, di balik kata-kata itu ada lautan perasaan, harapan, dan kadang—lelah yang tak terucap. Pernah nggak, Kamu merasa sudah berusaha jadi orang tua terbaik, tapi tetap saja ada suara-suara sumbang yang bilang, “Kok anaknya gitu, sih?” atau “Kurang tegas, ya?”

Kita semua ingin anak tumbuh jadi pribadi yang baik, berakhlak, dan bermanfaat. Tapi, jalan menuju ke sana seringkali penuh liku. Kadang, rasanya seperti berjalan di tengah padang pasir—panas, haus, dan tak selalu tahu arah. Tapi, di situlah letak keindahannya: setiap langkah adalah bentuk cinta dan pengorbanan.

Menanamkan Nilai-Nilai Islam Sejak Dini

Banyak yang bilang, anak itu ibarat kertas putih. Tapi, siapa sangka, menorehkan tinta di atasnya butuh hati-hati dan penuh kasih. Nabi pernah bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kadang, kita lupa: mengenalkan Al-Qur’an, kisah Nabi, dan nilai-nilai agama bukan sekadar rutinitas, tapi pelukan hangat untuk jiwa mereka yang masih rapuh.

Membangun Keluarga yang Sehat dan Harmonis

Keluarga itu seperti taman. Ada saatnya bunga bermekaran, ada pula duri yang menyakitkan. Rasulullah pernah berkata, “Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga.” (HR. Tirmidzi). Harmoni dalam keluarga bukan berarti tanpa masalah, tapi bagaimana kita saling merangkul di tengah badai. Kadang, cukup dengan pelukan, atau sekadar mendengarkan tanpa menghakimi.

Menghadapi Tantangan dengan Hati yang Lapang

Dunia luar kadang terlalu bising. Anak-anak kita tumbuh di tengah arus informasi dan tekanan sosial yang tak selalu ramah. Menjadi teladan bukan berarti harus sempurna. Cukup jadi pelita kecil di rumah, yang meski redup, tetap memberi arah. Dan jangan lupa, anak juga butuh dukungan emosional—bukan hanya nasihat, tapi juga pengakuan bahwa lelah dan sedih mereka itu nyata.

Kadang, komentar orang lain terasa seperti angin dingin yang menusuk. “Anaknya kok begini?” atau “Kurang disiplin, ya?” Padahal, tak ada orang tua yang ingin gagal. Kita semua sedang belajar, jatuh-bangun, dan berusaha sekuat tenaga.

Kamu, aku, kita semua: bukan orang tua yang sempurna. Tapi, setiap peluh, air mata, dan doa yang terucap adalah bukti cinta yang tak pernah habis. Kalau hari ini terasa berat, ingatlah: membesarkan anak dalam Islam bukan sekadar tugas, tapi perjalanan suci yang penuh makna.

Jangan ragu untuk meminta bantuan, berbagi cerita, atau sekadar menangis. Kamu cukup. Kamu berharga. Dan anak-anakmu, insyaAllah, akan tumbuh jadi generasi yang kuat, beriman, dan penuh cinta. Peluk hangat untukmu, pejuang keluarga.

Terkait

Lihat Semua