Warga +62, pernah nggak sih ngerasa tiba-tiba banyak pemimpin yang jadi super perhatian pas musim pemilu? Jalanan diaspal, jembatan dibangun, pasar direnovasi—semua demi “cinta” ke rakyat. Tapi, kata Arif Rahman dari Muhammadiyah DIY, cinta pemimpin ke rakyat itu harusnya nggak musiman, bro! Rasulullah SAW udah wanti-wanti: sebaik-baik pemimpin itu yang dicintai rakyatnya dan juga mencintai rakyatnya.

Jangan cuma deket pas butuh suara, dong! Hubungan pemimpin dan rakyat itu harus konsisten, kayak sinetron yang nggak pernah tamat. Cinta itu bisa ditumbuhkan, salah satunya lewat doa. Jadi, jangan egois, doain juga pemimpin, ketua RT, RW, bahkan tetangga. Ingat, CCTV terbaik itu bukan kamera, tapi tetangga dan ketua RT yang selalu siaga tanpa gaji!

Arif juga ngingetin, semua orang itu pemimpin, minimal buat dirinya sendiri. Di era digital, jari-jari kita bisa jadi saksi di akhirat. Jadi, jangan asal komen atau nyebar jejak digital yang bikin malu tujuh turunan.

Ngomongin sejarah, zaman Khulafaur Rasyidin, pemimpin dipilih lewat musyawarah, bukan drama penuh intrik kayak sekarang. Syarat utama pemimpin? Amanah dan adil. Keadilan itu bukan semua harus sama rata, tapi sesuai kebutuhan. Daerah tertinggal harus lebih diperhatikan, bukan cuma yang deket pusat kota.

Amanah itu artinya pemimpin mikirin kepentingan umum, bukan cuma kelompoknya sendiri. Dan jangan lupa, krisis moral di masyarakat itu PR bareng. Pendidikan, baik formal maupun lewat majelis taklim, penting banget buat lahirin generasi yang bijak dan berhikmah.

Akhir kata, mimin cuma mau bilang: sebaik-baik manusia itu yang paling bermanfaat buat orang lain. Jadi, yuk, jadi rakyat yang baik dan doain pemimpin kita biar makin amanah dan adil. Kalau pemimpin dan rakyat sama-sama baik, stabilitas dan keadilan pasti tercipta. Setuju? Share ke grup WA keluarga, biar makin banyak yang tercerahkan!