Fikih 22 July 2025

Salat Malam dalam Gelap

Salat Malam dalam Gelap
Bagikan:

Ada satu kebiasaan yang diam-diam banyak dilakukan orang saleh, tapi jarang dibahas di grup WhatsApp keluarga: salat malam dalam gelap. Bukan karena listrik mati, bukan juga karena takut tagihan PLN naik, tapi memang sengaja. Ada yang bilang, biar lebih khusyuk. Ada juga yang merasa, gelap itu bikin hati lebih plong buat curhat sama Allah.

Coba bayangin, malam-malam, semua orang di rumah udah tidur. Lampu kamar dimatikan, cuma ada cahaya samar dari luar jendela. Di sudut ruangan, ada satu sosok berdiri, mengangkat tangan, lalu bersujud. Suara detak jam dinding jadi backsound, dan setiap bisikan doa terasa lebih dalam. Suasana kayak gini, kadang bikin bulu kuduk merinding, tapi juga bikin hati adem.

Tapi, boleh nggak sih, sengaja salat malam dalam gelap? Atau jangan-jangan, ini malah bidah?

Pertanyaan kayak gini biasanya muncul pas lagi nongkrong habis tarawih, atau waktu ada yang iseng nanya di grup alumni. “Bro, salat malam di kamar gelap itu afdal nggak sih? Atau jangan-jangan, malah nggak sah?” Ada yang jawab, “Biar kayak para wali, bro!” Ada juga yang nyeletuk, “Jangan-jangan, biar nggak kelihatan nangisnya.”

Sebenarnya, kalau kita ngulik fatwa para ulama, jawabannya simpel banget. Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah pernah ditanya soal ini. Beliau bilang, intinya: “Nggak masalah salat dalam gelap, selama tahu arah kiblat dan syarat-syarat salatnya terpenuhi. Mau terang, mau gelap, sama aja. Yang penting, niat dan keikhlasan.”

لا حرج في أن يصلي في الظلام إذا عرف القبلة وصار إلى القبلة فلا حرج أن يصلي في الظلام، ولا يشترط له وجود النور، ولا يجب بل ذلك جائز، إن صلى في النور أو في الظلام لا بأس، إذا كانت القبلة معروفة ولا يحتاج إلى النور في معرفة القبلة فلا حاجة إلى النور، المقصود: أنه لا يتعلق بهذا شيء، الصلاة صحيحة مطلقاً، سواء كان ذلك في نور أو في ظلمة إذا كان إلى قبلة واستوفت شروطها. نعم
"Tidak mengapa salat dalam keadaan gelap, selama ia mengetahui dan menghadap ke arah kiblat. Tidak disyaratkan keberadaan cahaya dalam salat. Tidak pula diwajibkan, melainkan hukumnya boleh saja. Salat tetap sah secara mutlak, baik dikerjakan dalam terang maupun gelap, selama menghadap kiblat dan terpenuhi syarat-syaratnya." (Fatwa Nur ‘ala Ad-Darb)

Jadi, nggak usah khawatir. Salat malam dalam gelap itu bukan bidah, bukan juga ritual aneh. Mau lampu nyala atau mati, yang penting hati nyala. Kadang, justru di kegelapan malam, kita bisa lebih jujur sama Allah. Nggak ada yang lihat, nggak ada yang denger, cuma kita dan Dia.

Ada temen mimin yang suka banget salat malam dalam gelap. Katanya, “Gue tuh kalau lampu nyala, suka kepikiran macem-macem. Liat bayangan sendiri aja udah mikir, ‘Duh, dosa gue segede apa ya?’ Tapi pas gelap, rasanya kayak balik ke fitrah. Nggak ada yang penting selain Allah.”

Momen kayak gini, kadang jadi waktu paling jujur buat curhat. Ada yang nangis, ada yang cuma duduk lama habis salam, mikirin hidup, mikirin dosa, mikirin harapan. Gelapnya kamar jadi saksi bisu, air mata jatuh tanpa suara. Kadang, justru di situ hati jadi lebih terang.

Allah Ta’ala memuji para hamba yang rela meninggalkan kasur empuk demi salat malam. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًاۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۩ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah: 16-17)

Malam itu memang waktu spesial. Rasulullah ﷺ, para sahabat, dan orang-orang saleh zaman dulu juga sering salat malam dalam gelap. Bukan karena nggak ada lampu, tapi karena suasana gelap itu kadang bikin hati lebih fokus. Nggak ada distraksi, nggak ada notifikasi, nggak ada yang ngeliatin. Cuma ada kita, Allah, dan suara hati.

Ada juga yang bilang, gelapnya malam itu kayak simbol. Dunia boleh gelap, tapi hati tetap bisa terang. Kadang, justru di saat semua lampu mati, kita sadar: yang paling penting itu cahaya iman, bukan cahaya lampu.

Jadi, kalau kamu suka salat malam dalam gelap, lanjutkan aja. Nggak usah takut dibilang aneh. Yang penting, jangan sampai niatnya berubah. Jangan sampai merasa, “Wah, salat gue lebih afdal karena gelap-gelapan.” Nggak gitu juga. Yang penting, keikhlasan dan kehadiran hati.

Mimin pernah denger cerita dari seorang ustaz. Ada jamaah yang tiap malam salat tahajjud di kamar gelap. Suatu hari, anaknya nanya, “Ayah, kenapa sih salatnya selalu matiin lampu?” Si ayah jawab, “Biar ayah nggak sibuk mikirin dunia. Biar ayah inget, yang penting itu Allah, bukan yang lain.”

Kadang, kita butuh suasana sepi dan gelap buat benar-benar ngobrol sama Allah. Bukan berarti salat di masjid yang terang benderang itu kurang afdal. Semua tempat, semua suasana, bisa jadi saksi kebaikan, asal niatnya benar.

Jadi, intinya, salat malam dalam gelap itu boleh, sah, dan kadang justru lebih menenangkan. Yang penting, jangan sampai gelapnya kamar bikin kita lupa terangin hati. Karena, pada akhirnya, yang Allah lihat itu bukan lampu kamar, tapi cahaya iman di dada kita.

Selamat menikmati sunyi malam, selamat menyalakan cahaya hati di tengah gelap. Semoga Allah mudahkan langkah kita untuk terus bangun, bersujud, dan curhat di sepertiga malam. Siapa tahu, di gelapnya malam, ada cahaya jawaban dari Allah yang selama ini kita cari.

Terkait

Lihat Semua