Umum 23 July 2025

Sujud Tilawah, Momen Dimana Setan Nangis Bombay

Sujud Tilawah, Momen Dimana Setan Nangis Bombay
Bagikan:

Bayangin lagi asyik-asyiknya baca Al-Qur’an, eh tiba-tiba ketemu ayat yang ada tanda sajdahnya. Kayak lagi scroll Instagram, tiba-tiba muncul konten yang bikin kita harus pause sejenak. Bedanya, kalau di Instagram kita pause buat ngamanin feed, kalau di mushaf kita pause buat… sujud.

Nah, ini dia yang namanya sujud tilawah. Sujud yang dilakukan khusus ketika membaca atau mendengar ayat-ayat tertentu di Al-Qur’an. Bukan sujud biasa, tapi sujud spesial yang punya cerita unik di baliknya.

Coba deh, kapan terakhir kali kamu merhatiin tanda-tanda kecil di mushaf? Yang bentuknya kayak kubah mini atau tulisan “as-sajdah” di pinggir halaman? Itu dia penanda ayat sajdah. Seperti rambu lalu lintas, tapi versi tilawah.

Enggak semua ayat punya tanda ini. Cuma ayat-ayat tertentu yang memang Allah turunkan dengan keistimewaan khusus. Ayat-ayat yang kalau dibaca, rasanya jiwa ini langsung tersentil: “Eh, saatnya merendahkan diri nih.”

Terus kenapa sih harus sujud? Apa enggak cukup cuma baca aja?

Nah, ini dia yang menarik. Rasulullah sendiri ngasih tau lewat hadits yang bikin merinding. Katanya, kalau anak Adam baca ayat sajdah terus dia sujud, si setan langsung menyendiri sambil nangis bombay.

إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ , اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِي , يَقُولُ: يَا وَيْلَهُ أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ، وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِيَ النَّارُ
"Ketika anak adam membaca ayat As-Sajdah kemudian ia bersujud maka setan menyendiri dan menangis. Ia berkata, "celaka, anak adam diperintah untuk bersujud dan ia pun bersujud maka baginya surga. Dan aku telah diperintah untuk bersujud namun aku menolak maka bagiku nereka." (HR. Muslim)

Bayangin aja, kita sujud sebentar aja, si setan udah drama sampai nangis. Dia nyesel berat karena dulu nolak sujud sama Adam, sementara kita yang notabene keturunan Adam malah dengan mudahnya sujud ketika baca ayat sajdah.

Kayak lagi nonton film sedih, tapi versi spiritual. Cuma bedanya, yang nangis bukan kita, tapi si setan. Dan yang happy ending bukan tokoh utama di film, tapi kita yang dapet pahala surga.

Ada lagi hadits dari Ibnu Umar yang ceritanya lebih sweet:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَيْنَا الْقُرْآنَ، فَإِذَا مَرَّ بِالسَّجْدَةِ كَبَّرَ، وَسَجَدَ وَسَجَدْنَا مَعَهُ
"Adalah nabi membacakan Al-Qur'an kepada kita, maka ketika melewati ayat As-Sajdah beliau bertakbir dan bersujud, dan kami pun bersujud bersamanya." (HR. Abu Dawud)

Bayangin suasananya. Rasulullah lagi membacakan Al-Qur’an, semua sahabat duduk mendengarkan dengan khusyuk. Tiba-tiba beliau berhenti, bertakbir, terus sujud. Dan secara spontan, semua sahabat ikut sujud bareng.

Momen kayak gitu pasti berasa banget auranya. Enggak ada yang komando, enggak ada yang ngasih aba-aba. Tapi semua tahu kapan saatnya merendahkan diri di hadapan Allah. Kayak flashmob spiritual, tapi lebih bermakna.

Nah, sekarang gimana sih caranya kalau kita mau melakukan sujud tilawah? Ternyata ada dua kondisi: di luar shalat dan di dalam shalat. Keduanya punya tata cara yang beda.

Kalau lagi di luar shalat, misalnya habis baca Al-Qur’an sendiri di rumah, terus ketemu ayat sajdah, ya langsung aja. Tapi tunggu dulu, ada beberapa hal yang mesti dipersiapkan.

Pertama, pastikan kamu sudah wudhu. Soalnya sujud tilawah ini punya syarat yang sama kayak shalat. Kalau belum wudhu, ya wudhu dulu. Kalau ada najis di badan atau pakaian, bersihin dulu.

Kedua, menghadap kiblat. Jangan sujud sembarangan arah. Ini bukan sujud syukur yang bisa dilakukan di mana aja. Ini sujud tilawah yang punya aturan khusus.

Terus gimana prosesnya?

Berdiri menghadap kiblat, angkat tangan, terus takbiratul ihram. Kayak mau shalat, tapi singkat. Setelah itu, takbir lagi untuk turun sujud, tapi kali ini tanpa angkat tangan.

Sujud sekali aja, enggak perlu dua kali kayak dalam shalat. Abis sujud, bangun, duduk sebentar tanpa baca tahiyyat, terus salam. Selesai.

Simpel kan? Kayak shalat ekspres. Cuma butuh beberapa menit, tapi pahalanya luar biasa.

Tapi ada perdebatan kecil di kalangan ulama Syafiiyah. Ada yang bilang harus berdiri dulu sebelum sujud, ada yang bilang enggak perlu. Imam Nawawi sendiri lebih condong ke pendapat yang enggak usah repot-repot berdiri. Praktis aja.

Kalau lagi dalam shalat gimana? Ini lebih simpel lagi.

Misal lagi shalat, terus baca surah yang ada ayat sajdahnya, ya langsung aja setelah baca ayat tersebut, takbir tanpa angkat tangan, terus sujud sekali. Abis itu bangun, lanjut baca suratnya sampai selesai, terus ruku seperti biasa.

Kalau kebetulan ayat sajdahnya di akhir surat, setelah bangun dari sujud tilawah, berdiri sebentar atau baca ayat pendek, terus lanjut ruku.

Yang menarik, ternyata ada bacaan khusus yang disunahkan ketika sujud tilawah. Bukan cuma “Subhana Rabbiyal A’la” kayak sujud biasa.

سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ
"Sajada wajhiya lil ladzî khalaqahû wa shawwarahû wa syaqqa sam'ahû wa basharahû bi haulihî wa quwwatihî."

Artinya kurang lebih: “Wajahku sujud kepada Dzat yang menciptakannya, membentuknya, membelah pendengaran dan penglihatannya, dengan kekuatan dan kemampuan-Nya.”

Bacaan ini deep banget kalau dipikir-pikir. Kita ngakuin kalau semua yang ada di tubuh kita, dari wajah sampai indra, semua ciptaan Allah. Dan kita sujud pakai wajah yang sama yang diciptakan Allah buat kita.

Ada juga doa lain yang disunahkan:

اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا، وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا، وَضَعْ عَنِّي بِهَا وِزْرًا، وَاقْبَلْهَا مِنِّي، كَمَا قَبِلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ
"Allâhummaktub lî bihâ 'indaka ajraa, waj'alhâ lî 'indaka dzukhran, wa dla' 'annî bihâ wizran, waqbalhâ minnî kamâ qabiltahâ min 'abdika dâwuda 'alaihissalâm."

Isinya doa yang minta sama Allah supaya sujud kita diterima, dikasih pahala, dijadiin tabungan akhirat, dan dihapusin dosa-dosa kita. Plus, ada permohonan supaya sujud kita diterima kayak sujudnya Nabi Dawud.

Tapi kalau lupa bacaan khusus ini, ya enggak papa. Imam Nawawi bilang, bacaan sujud biasa juga boleh kok.

Yang bikin sujud tilawah ini special adalah momennya. Bayangkan, kita lagi membaca firman Allah, tiba-tiba ketemu ayat yang menyuruh sujud atau memuji kebesaran Allah, terus kita langsung meresponnya dengan sujud.

Itu kayak komunikasi dua arah yang intim banget sama Allah. Allah bicara lewat ayat-Nya, kita jawab lewat sujud. Simpel tapi dalam.

Enggak cuma itu, ternyata sujud tilawah ini juga bisa dilakukan kalau kita cuma mendengar orang lain baca ayat sajdah. Jadi kalau lagi dengerin murottal atau ceramah, terus si ustadz baca ayat sajdah, kita juga disunahkan sujud tilawah.

Menarik kan? Berarti sujud tilawah ini enggak eksklusif buat yang baca doang. Yang dengar juga dapat jatah pahala yang sama.

Coba bayangin kalau kita rutin melakukan sujud tilawah. Setiap kali baca atau dengar ayat sajdah, langsung sujud. Selain dapet pahala, kita juga diingetin terus sama hakikat diri kita sebagai hamba Allah.

Di zaman sekarang yang serba ego dan narsis, sujud tilawah ini kayak reminder otomatis. “Eh, inget ya, kamu cuma hamba. Jangan terlalu tinggi hati.”

Yang paling seru, ternyata di Al-Qur’an ada 15 tempat yang ada ayat sajdahnya. Jadi kalau khatam Al-Qur’an sekali, minimal kita bisa sujud tilawah 15 kali. Lumayan kan tabungan pahalanya?

Tapi jangan sampai obsesi sama sujud tilawah terus jadi sombong. “Gue rajin sujud tilawah, lu kagak.” Nah, itu namanya udah kebalik. Yang namanya sujud kan harusnya bikin kita makin rendah hati.

Atau jangan sampai juga kita jadi takut baca Al-Qur’an karena ribet harus sujud tilawah. Santai aja. Kalau lagi enggak memungkinkan, ya enggak papa. Yang penting niatnya baik.

Misalnya lagi di kendaraan umum, atau lagi di tempat yang enggak memungkinkan buat sujud. Ya udah, cukup baca aja dulu. Ntar kalau udah sampai rumah atau di tempat yang tepat, baru deh sujud tilawahnya.

Islam itu fleksibel kok. Enggak mau nyusahin umatnya. Yang penting esensinya ketangkep: kita mengakui kebesaran Allah dan merendahkan diri di hadapan-Nya.

Sujud tilawah ini sebenernya latihan bagus buat jiwa kita. Setiap kali sujud, kita diingetin kalau posisi paling tepat buat manusia adalah merendahkan diri di hadapan Allah.

Enggak peduli kita CEO perusahaan besar, influencer jutaan followers, atau apapun profesi kita. Kalau udah dengar atau baca ayat sajdah, posisi kita sama: sujud di hadapan Allah.

Level playing field namanya. Semua sama di mata Allah. Yang ngebedain cuma takwa dan amal shaleh.

Jadi, next time kalau ketemu ayat sajdah, jangan cuma dibaca terus lanjut. Pause sebentar, sujud tilawah, rasain momen keintiman dengan Allah.

Dan inget, sambil sujud, setan lagi nangis bombay karena nyesel enggak mau sujud sama Adam dulu. Sementara kita, sebagai keturunan Adam, dengan mudahnya bisa dapet pahala surga cuma dengan sujud sebentar.

Enak kan jadi manusia? Dikasih kesempatan terus buat bertobat dan dapet pahala. Tinggal mau enggak aja manfaatinnya.

Wallahu a’lam.

Terkait

Lihat Semua