Warga +62, pernah nggak sih ngerasa dunia pendidikan makin hari makin kayak sinetron? Nah, kali ini beneran ada episode baru: Guru Madin di Demak, Pak Zuhdi, viral gara-gara dituntut denda Rp25 juta cuma karena… tampar murid! Bukan tamparan ala drama Korea, tapi tamparan “mendidik” yang katanya sih, niatnya biar anaknya nggak bandel lagi.
Ceritanya, waktu ngajar, tiba-tiba ada sandal terbang dari kelas sebelah, mendarat mulus di peci Pak Zuhdi. Emosi dong, siapa juga yang nggak? Akhirnya, murid yang ditunjuk temen-temennya langsung kena tampar. Tapi, katanya Pak Zuhdi, itu bukan tamparan benci, cuma teguran biar kapok. Udah minta maaf juga ke orang tua murid, lho.
Eh, tiga bulan kemudian, datang lima pria ngaku-ngaku dari LSM, minta uang damai Rp25 juta! Katanya sih, udah ada laporan ke polisi. Lah, ini LSM apa debt collector? Untungnya, kasus ini viral dan sampai ke telinga Wakil Gubernur Jateng, Gus Yasin. Beliau langsung turun tangan, dengerin curhatan Pak Zuhdi, dan janji bakal dampingin serta kasih perlindungan.
Gus Yasin bilang, guru itu manusia biasa, kadang khilaf. Tapi, kalau masalah kecil dibesar-besarin, yang rugi siapa? Anak jadi takut sekolah, guru stres, nama madrasah ikut tercoreng. Padahal, pendidikan itu kerja bareng: orang tua, guru, dan masyarakat. Bukan saling tuding, apalagi main ancam-ancam.
Pemprov Jateng juga bakal perkuat edukasi hukum sampai ke desa, biar nggak ada lagi warga yang gampang ditekan sama kasus beginian. Kolaborasi sama LBH dan paralegal juga digencarkan. Intinya, jangan gampang panik kalau kena masalah hukum, apalagi kalau niatnya cuma mendidik.
Pesan mimin: Yuk, turunkan ego, saling maafkan, dan fokus lagi ke tujuan utama pendidikan—bikin anak-anak jadi manusia beradab, bukan korban drama hukum. Setuju? Share ke grup WA, biar makin banyak yang paham dan nggak gampang di-prank sama LSM gadungan!