Sirah Nabawiyah 21 July 2025

Bag. 2 Rangkaian Peristiwa Sebelum Lahirnya Nabi Muhammad ﷺ: Awal Terbentangnya Kenabian di Tanah Arab

Bag. 2 Rangkaian Peristiwa Sebelum Lahirnya Nabi Muhammad ﷺ: Awal Terbentangnya Kenabian di Tanah Arab
Bagikan:

Pernah nggak sih kamu ngerasa, kadang hidup kayak diombang-ambing sama keadaan? Nah, sebelum Nabi Muhammad ﷺ lahir, tanah Arab juga lagi gonjang-ganjing. Semua kayak udah disiapin sama Allah buat jadi panggung besar lahirnya seorang Nabi terakhir.

Ceritanya dimulai dari Yaman, negeri yang dulu terkenal subur banget gara-gara Bendungan Ma’rib. Tapi, siapa sangka, tikus-tikus kecil justru jadi awal mula perubahan besar. Abu Yazid Al-Anshari pernah cerita, dia lihat sendiri tikus-tikus itu bikin lubang di bendungan. Air yang biasanya jadi sumber kehidupan, malah terancam habis. Bayangin, cuma gara-gara hewan kecil, satu negeri bisa kacau.

Di tengah kekhawatiran itu, ada satu tokoh bernama ‘Amr bin Amir. Dia sadar, kalau bendungan ini jebol, hidup di Yaman nggak bakal sama lagi. Akhirnya, dia mutusin buat pergi. Tapi, caranya nggak biasa. Dia sengaja bikin drama sama anak bungsunya—sampai-sampai nyuruh anaknya buat nampar balik kalau dia ditampar. Semua itu biar dia punya alasan di depan kaumnya untuk pergi tanpa dicurigai.

Dan bener aja, setelah “drama” itu, ‘Amr bilang ke kaumnya, “Aku nggak mau tinggal di negeri di mana anakku sendiri berani nampar aku.” Orang-orang kaya Yaman langsung ambil kesempatan, beli semua harta ‘Amr. Mereka pikir, ini saat yang pas buat dapetin barang murah dari orang yang lagi marah.

Akhirnya, ‘Amr pergi dari Yaman bareng anak dan cucunya. Tapi, nggak cuma dia yang pergi. Banyak juga yang nggak mau tinggal tanpa ‘Amr. Mereka jual barang-barang, ikut hijrah, dan mulai perjalanan panjang cari tempat baru.

Perjalanan itu nggak gampang. Sampai di negeri Akk, mereka malah disambut perang. Ada kalah, ada menang, tapi intinya mereka harus terus jalan. Akhirnya, rombongan ‘Amr terpencar ke berbagai penjuru. Ada yang ke Syam, ada yang ke Madinah (dulu namanya Yatsrib), ada yang ke Oman, dan tempat-tempat lain.

Semua peristiwa ini kayak puzzle yang disusun Allah. Suku-suku yang tersebar itu nantinya bakal punya peran penting dalam sejarah Nabi Muhammad ﷺ. Dari sini, kita bisa lihat, kadang perubahan besar dimulai dari hal-hal kecil yang nggak kita duga. Dan, setiap perpisahan atau kehilangan, bisa jadi awal dari kisah yang lebih besar.

Yuk, lanjut ke kisah berikutnya. Karena setiap langkah mereka, sebenarnya lagi nyiapin jalan buat lahirnya cahaya di tengah gelapnya zaman jahiliyah.

Tapi ternyata, drama di Yaman belum selesai. Setelah kepergian ‘Amr dan rombongannya, Allah benar-benar mengirimkan banjir bandang ke bendungan Ma’rib. Bendungan yang dulu jadi kebanggaan, luluh lantak. Nggak ada yang bisa nahan air sebesar itu. Semua berubah dalam semalam.

Allah sendiri yang cerita soal ini ke Nabi Muhammad ﷺ lewat Al-Qur’an. Ada satu ayat yang bikin merinding kalau dibaca:

“Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan): ‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.’ Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS. Saba’: 15-16)

Kata “al-‘arimi” di ayat itu maksudnya bendungan. Abu Ubaidah pernah bilang, bentuk tunggalnya “‘arimah”. Semua ini jadi pelajaran, gimana Allah bisa membalikkan keadaan secepat itu.

Nggak cuma kisah, peristiwa ini juga diabadikan dalam syair-syair lama. Ada bait yang ditulis Maimun bin Qays (A’sya):

Pada yang demikian ada teladan bagi yang mau meneladani Banjir bandang telah menghancurkan Ma’rib Yang dibangun orang-orang Himyar Agar kokoh saat banjir datang menerjang Yang menyiangi tanaman dan anggur-anggurnya Di tempat luas tatkala mereka membagi hasilnya Kini mereka tak berdaya Tuk hanya memberikan minum pada anak-anak yang baru disapih

Ada juga syair Umayyah bin Abi Shalt al-Tsaqafi:

Dari Saba’ orang-orang tinggal di Ma’rib Mereka membangun bendungan untuk melawan banjir yang ganas

Ada yang bilang syair itu milik An-Nabighah al-Ja’di. Tapi siapa pun penulisnya, semua sepakat: banjir Ma’rib adalah titik balik. Negeri yang dulu makmur, tiba-tiba jadi kenangan. Orang-orangnya tercerai-berai, dan sejarah pun berubah arah.

Kisah ini cukup sampai di sini dulu. Kadang, Allah kasih pelajaran lewat cara yang nggak kita sangka. Dan semua itu, ternyata, bagian dari rencana besar untuk menyambut kelahiran Nabi Muhammad ﷺ.

Cerita belum selesai. Di Yaman, ada satu raja bernama Rabi’ah bin Nashr bin Malik, salah satu raja besar Tubba’. Suatu malam, dia mimpi buruk—bukan mimpi biasa, tapi mimpi yang bikin dia gelisah berhari-hari. Sampai-sampai, dia panggil semua dukun, tukang sihir, peramal, dan ahli nujum ke istananya. Semua disuruh kumpul, biar bisa cari tahu apa arti mimpi itu.

“Aku mimpi sesuatu yang bikin aku takut dan nggak tenang,” kata sang raja. “Coba kasih tahu aku, apa makna mimpi ini!” Tapi para dukun itu bilang, “Ceritain dulu mimpinya, baru kami bisa tafsirkan.” Raja malah jawab, “Kalau aku ceritain, aku nggak bakal puas sama tafsiran kalian. Aku cuma mau dengar dari orang yang tahu tafsirnya sebelum aku cerita mimpinya.”

Akhirnya, ada yang usul, “Kalau gitu, panggil aja Sathih dan Syiq. Mereka paling jago soal beginian.” Dua nama ini memang terkenal banget di zamannya. Sathih, si dukun legendaris, dan Syiq, peramal yang ilmunya nggak kalah sakti.

Utusan pun dikirim. Sathih datang duluan. Raja langsung curhat, “Aku mimpi sesuatu yang bikin jiwaku goyah. Kalau tafsiranmu benar, aku percaya sama kamu!”

Sathih jawab, “Baik, aku coba. Kau mimpi lihat api, muncul dari laut yang gelap, lalu singgah di tanah datar dan melahap semua yang ada di sana.”

Raja kaget, “Kok bisa tahu? Itu persis banget sama mimpiku! Terus, apa artinya?”

Sathih bilang, “Demi ular di antara dua tanah datar, orang-orang Habasyah (Ethiopia) bakal datang dan menginjak tanah kalian. Mereka bakal kuasai wilayah dari Abyan sampai Jurasy.”

Raja makin panik, “Waduh, itu kejadian di zamanku atau nanti?”

“Nggak, itu bakal terjadi setelah kekuasaanmu, lebih dari enam puluh atau tujuh puluh tahun lagi,” jawab Sathih tenang.

“Terus, mereka bakal berkuasa selamanya?”

“Nggak juga. Kekuasaan mereka cuma sekitar tujuh puluh tahun, lalu mereka bakal dibunuh dan diusir.”

“Siapa yang bakal ngusir mereka?”

“Iram bin Dzi Yazan, dari Aden. Dia bakal usir semua orang Habasyah dari Yaman, nggak ada yang tersisa.”

Begitulah, ramalan itu jadi buah bibir. Semua orang nunggu, bener nggak kejadian seperti kata Sathih. Dan ternyata, sejarah membuktikan, ramalan itu memang terjadi. Semua ini, lagi-lagi, bagian dari skenario besar Allah sebelum lahirnya Nabi Muhammad ﷺ.

NAVIGASI SIRAH

Terkait

Lihat Semua