Setelah Habasyah terusir, Yaman sempat tenang di bawah bayang-bayang Persia. Orang-orang Persia, bersama anak-anak mereka, hidup di sana. Tapi, sejarah memang suka berputar. Tujuh puluh dua tahun lamanya, Yaman jadi ajang kekuasaan: dari Aryath, Abrahah, Yaksum, sampai Masruq bin Abrahah. Semua silih berganti, semua meninggalkan jejak.
Wihraz, sang penakluk, akhirnya wafat. Kisra di Persia tak tinggal diam. Ia tunjuk anak Wihraz, Marzuban, jadi penguasa baru. Tapi hidup di Yaman memang tak pernah lama tenang. Marzuban meninggal, diganti Taynujan, lalu diganti lagi oleh anaknya, sampai akhirnya Badzan yang memegang tampuk kekuasaan.
Di masa Badzan inilah, angin perubahan bertiup dari Mekkah. Kisra, raja Persia, mendengar kabar: ada seorang lelaki Quraisy yang mengaku Nabi. Surat pun dikirim ke Badzan, isinya tegas: “Datangi dia, suruh bertaubat. Kalau tidak, kirimkan kepalanya padaku.”
Badzan, yang sudah lama hidup di tanah Arab, memilih cara damai. Ia kirim utusan ke Rasulullah ﷺ, menyampaikan perintah Kisra. Tapi balasan Rasulullah ﷺ sungguh di luar dugaan: “Allah telah menjanjikan padaku, Kisra akan mati di hari dan bulan sekian.”
Badzan terdiam. Ia merenung, “Kalau benar dia Nabi, pasti ucapannya terjadi.” Dan benar saja, kabar kematian Kisra sampai ke Yaman, tepat seperti yang dikatakan Rasulullah ﷺ. Kisra tewas di tangan anaknya sendiri.
Mendengar itu, Badzan dan orang-orang Persia di Yaman langsung luluh. Mereka mengirim utusan ke Rasulullah ﷺ, menyatakan keislaman mereka. “Kami bagian dari kalian, wahai Rasulullah?” tanya mereka. Rasulullah ﷺ menjawab, “Kalian bagian dari kami, dari Ahlul Bait.”
Sejak saat itu, Yaman tak lagi di bawah bayang-bayang Persia. Nubuat-nubuat lama pun terbukti. Dulu, para peramal seperti Sathih dan Syiq sudah mengisyaratkan: akan datang Nabi suci, membawa keadilan, dan kerajaan akan berpindah ke tangan kaumnya hingga hari kiamat.
Bahkan, di batu cadas Yaman, konon ada tulisan kuno: “Kerajaan Dzimar (Yaman) pernah dipegang Himyar, lalu Habasyah, lalu Persia, dan akhirnya Quraisy, para pedagang.” Sejarah memang selalu punya cara untuk mengingatkan: tak ada kekuasaan abadi, kecuali milik Allah.
Kisah ini jadi pelajaran. Kekuasaan datang dan pergi, tapi kebenaran dan janji Allah selalu menang pada akhirnya. Dan Yaman, negeri yang dulu penuh gejolak, kini jadi saksi awal cahaya Islam menyapa dari Mekkah.