Sirah Nabawiyah 23 July 2025

Penggalian Zamzam: Kisah Spiritualitas dan Ujian di Tanah Suci

Penggalian Zamzam: Kisah Spiritualitas dan Ujian di Tanah Suci
Bagikan:

Setiap kali saya membaca kisah penggalian sumur Zamzam oleh Abdul Muthalib, hati saya selalu dipenuhi rasa kagum dan haru. Di balik air suci yang tak pernah kering itu, tersimpan perjalanan spiritual, ujian keimanan, dan keajaiban yang menjadi warisan abadi bagi umat Islam. Dari berbagai riwayat yang saya pelajari, kisah ini bukan sekadar sejarah, melainkan pelajaran tentang keyakinan, keteguhan, dan rahmat Allah di tengah keterbatasan manusia.

Mimpi di Hijr dan Perintah Ilahi

Dari yang saya pahami tentang kondisi Mekkah saat itu, Abdul Muthalib adalah sosok yang sangat dihormati, namun hidup dalam keterbatasan. Suatu malam di Hijr, ia bermimpi didatangi seseorang yang memerintahkannya untuk menggali sumur dengan nama-nama yang asing baginya: Thaibah, Barrah, Al-Madhnunah, hingga akhirnya Zamzam. Setiap kali ia bertanya, sosok itu menghilang, hingga pada mimpi keempat, ia mendapat penjelasan tentang Zamzam: air yang tak pernah habis, melimpah, dan menjadi minuman jamaah haji, terletak di antara kotoran, darah, dan di sekitar burung gagak bersayap putih di sarang semut.

Yang selalu membuat saya terpukau adalah bagaimana Abdul Muthalib menanggapi mimpi itu dengan penuh keyakinan. Ia tidak ragu untuk bertindak, meski hanya ditemani satu-satunya anaknya saat itu, Al-Harits. Ketika ia mulai menggali di lokasi yang ditunjukkan, orang-orang Quraisy segera menentangnya, mengklaim hak atas sumur itu sebagai warisan nenek moyang mereka, Ismail. Namun Abdul Muthalib dengan tegas berkata bahwa perintah ini khusus untuknya, sebagaimana ia telah dipercaya di tengah-tengah mereka.

Ujian di Padang Sahara: Kehausan dan Doa

Yang menarik untuk diperhatikan adalah bagaimana konflik kepemilikan Zamzam berlanjut hingga ke pengadilan adat. Orang-orang Quraisy mengusulkan agar perkara ini diselesaikan oleh seorang dukun wanita di pinggiran Syam. Abdul Muthalib pun berangkat bersama rombongan dari Bani Abdu Manaf dan kabilah Quraisy lainnya. Namun, di tengah perjalanan melintasi padang Sahara yang tandus, mereka kehabisan air dan hampir putus asa.

Dalam situasi kritis itu, Abdul Muthalib menunjukkan kepemimpinan dan keimanan yang luar biasa. Ia mengusulkan agar setiap orang menggali lubang untuk dirinya sendiri sebagai persiapan jika ajal menjemput. Namun, ia segera menyadari bahwa berserah diri tanpa usaha adalah kelemahan. Ia mengajak rombongan untuk terus berikhtiar mencari air. SubhanAllah, ketika Abdul Muthalib mendekati hewan tunggangannya, tiba-tiba dari telapak kaki hewan itu memancar air tawar. Takbir pun berkumandang, dan semua orang minum serta mengisi perbekalan mereka.

Yang membuat saya terharu adalah pengakuan orang-orang Quraisy setelah peristiwa itu. Mereka berkata, “Demi Allah, perkara ini engkau menangkan atas kami, wahai Abdul Muthalib. Kami tidak akan melawanmu dalam perkara Zamzam untuk selama-lamanya. Sesungguhnya Dzat yang memberimu air di padang Sahara yang tandus ini pastilah Dzat yang memberimu air Zamzam.” Dengan penuh keikhlasan, mereka membatalkan perjalanan ke dukun wanita dan menyerahkan urusan Zamzam kepada Abdul Muthalib.

Penggalian Zamzam dan Temuan Bersejarah

Kisah berlanjut ketika Abdul Muthalib kembali ke Mekkah dan melanjutkan penggalian Zamzam. Ia bermimpi lagi, mendapat petunjuk lebih jelas tentang lokasi sumur: di dekat rumah semut dan burung gagak yang mematuk tanah, di antara dua patung Isaf dan Nailah, tempat orang Quraisy biasa menyembelih hewan kurban. Dengan tekad bulat, ia menggali di tempat itu, meski kembali dihadang oleh orang-orang Quraisy yang khawatir akan rusaknya tempat suci mereka.

Yang membuat saya kagum adalah keteguhan Abdul Muthalib. Ia meminta Al-Harits melindunginya dan bersumpah tidak akan berhenti sebelum tugasnya selesai. Dalam waktu singkat, ia menemukan air Zamzam, lalu bertakbir sebagai tanda syukur. Tak hanya itu, ia juga menemukan dua patung rusa emas, beberapa pedang, dan baju besi yang dahulu ditimbun oleh suku Jurhum sebelum meninggalkan Mekkah.

Sengketa dan Solusi Bijak: Undian di Hadapan Hubal

Setelah penemuan itu, orang-orang Quraisy kembali menuntut hak atas harta temuan dan sumur Zamzam. Abdul Muthalib menawarkan solusi adil: mengundi dengan dadu di hadapan patung Hubal di Ka’bah. Dua dadu untuk Ka’bah, dua untuk dirinya, dan dua untuk Quraisy. Hasil undian menunjukkan dua patung rusa emas menjadi milik Ka’bah, pedang dan baju besi untuk Abdul Muthalib, dan Quraisy tidak mendapat bagian.

Yang menarik bagi saya adalah bagaimana Abdul Muthalib mempersembahkan pedang-pedang itu sebagai pintu Ka’bah, dihiasi dua patung rusa emas. Inilah emas pertama yang dikenakan di Ka’bah menurut para ahli. Setelah itu, Abdul Muthalib menjadi penanggung jawab pemberian minum Zamzam kepada jamaah haji, sebuah kehormatan yang diwariskan turun-temurun.

Hikmah Spiritual dan Warisan Zamzam

Dari perjalanan panjang penggalian Zamzam ini, saya belajar bahwa keajaiban dan pertolongan Allah selalu datang kepada hamba yang yakin dan berikhtiar. Abdul Muthalib mengajarkan kita tentang pentingnya mengikuti petunjuk ilahi, bersabar dalam ujian, dan tetap adil dalam menyelesaikan sengketa. Zamzam bukan sekadar air, melainkan simbol rahmat, keberkahan, dan persatuan umat.

Yang paling menginspirasi adalah bagaimana kisah ini menjadi warisan spiritual yang terus hidup hingga kini. Setiap tetes air Zamzam yang diminum jutaan jamaah haji adalah pengingat akan keimanan, perjuangan, dan keajaiban yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya yang terpilih. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini, memperkuat keyakinan, dan selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, sekecil apa pun itu.

NAVIGASI SIRAH

Terkait

Lihat Semua