sirah-nabawiyah 24 July 2025

Duka di Al-Abwa': Meninggalnya Aminah dan Kasih Sayang Abdul Muthalib

Duka di Al-Abwa': Meninggalnya Aminah dan Kasih Sayang Abdul Muthalib
Bagikan:

Setiap kali saya membaca kisah masa kecil Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam, hati saya selalu tersentuh oleh ujian-ujian berat yang beliau alami sejak dini. Salah satu peristiwa paling memilukan adalah wafatnya sang ibunda, Aminah binti Wahb, di Al-Abwa’, sebuah tempat sunyi di antara Makkah dan Madinah. Dari berbagai sumber sirah, saya memahami bahwa kehilangan ini bukan sekadar duka seorang anak, melainkan bagian dari skenario agung Allah dalam membentuk kepribadian Rasulullah yang penuh empati dan ketabahan.

Perjalanan ke Bani Adi bin An-Najjar: Jejak Keluarga dan Kenangan

Dari yang saya pahami, Aminah membawa Muhammad kecil mengunjungi paman-pamannya dari jalur ibu di Bani Adi bin An-Najjar. Perjalanan ini bukan hanya silaturahmi, tapi juga upaya mengenalkan Rasulullah pada akar keluarganya di Madinah. Saya membayangkan suasana perjalanan yang penuh harap, namun takdir berkata lain. Dalam perjalanan pulang menuju Makkah, di Al-Abwa’, Aminah jatuh sakit dan wafat, meninggalkan Muhammad kecil dalam kesedihan mendalam. Kisah ini selalu membuat saya merenung tentang betapa Allah menguji para nabi dengan kehilangan orang-orang tercinta sejak usia dini.

Duka di Al-Abwa’: Ujian Seorang Anak Yatim

Kematian Aminah di Al-Abwa’ menjadi titik balik dalam kehidupan Rasulullah. Usia beliau baru enam tahun, namun sudah merasakan pahitnya menjadi yatim piatu. Dari berbagai riwayat, saya belajar bahwa Allah menjaga Rasulullah dengan cara-Nya sendiri, menumbuhkan beliau dalam perlindungan dan kasih sayang ilahi. Setiap kehilangan yang beliau alami justru menjadi bekal empati dan kekuatan jiwa untuk menghadapi tantangan dakwah di masa depan.

Bersama Abdul Muthalib: Kasih Sayang dan Penghormatan

Setelah kepergian Aminah, Rasulullah diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Dari yang saya baca, Abdul Muthalib adalah sosok yang sangat dihormati di Makkah, pemilik permadani khusus di Ka’bah yang hanya boleh diduduki olehnya. Namun, ada satu pengecualian: Muhammad kecil. Setiap kali beliau duduk di permadani itu, paman-pamannya berusaha menjauhkan, namun Abdul Muthalib dengan bijak berkata, “Jangan larang anakku (cucuku) ini duduk di atas permadani ini. Demi Allah, kelak di kemudian hari dia akan menjadi orang besar.” Saya selalu kagum dengan bagaimana kasih sayang dan firasat Abdul Muthalib membentuk rasa percaya diri dan harga diri Rasulullah sejak kecil.

Hikmah di Balik Ujian: Persiapan Menjadi Pemimpin Umat

Dari kisah ini, saya memahami bahwa setiap ujian yang dialami Rasulullah adalah bagian dari persiapan Allah untuk menjadikan beliau pemimpin umat yang penuh kasih dan keteguhan. Kehilangan ibu di usia dini, lalu diasuh oleh kakek yang penuh cinta, membentuk karakter beliau yang lembut namun tegar. Saya belajar, dalam setiap duka selalu ada hikmah dan kasih sayang Allah yang tersembunyi. Kisah ini mengajarkan kita untuk tetap tegar dalam menghadapi ujian hidup, dan meneladani ketabahan serta kasih sayang yang diwariskan Rasulullah dari keluarganya.

Penutup: Warisan Empati dan Ketabahan Rasulullah

Dari perjalanan duka di Al-Abwa’ hingga masa kecil bersama Abdul Muthalib, saya semakin yakin bahwa setiap peristiwa dalam hidup Rasulullah adalah pelajaran berharga. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari ketabahan beliau, meneladani kasih sayang keluarga, dan selalu percaya bahwa di balik setiap ujian, Allah menyiapkan kebaikan yang lebih besar. Warisan empati dan keteguhan Rasulullah adalah cahaya yang membimbing kita hingga hari ini.

NAVIGASI SIRAH

Terkait

Lihat Semua